Saturday, March 18, 2017

Lebaran terakhir bersama Papa (Surat Kecil Untuk Ibu, 2012)

Event menulis antologi selanjutnya. Judul bukunya sih 'Ibu', tapi cerpenku yang dimuat menceritakan tentang 'Ayah' :D


Lebaran terakhir bersama Papa

Usiaku saat itu masih 5 tahun. Namun setelah lebih dari 12 tahun, aku masih mengingatnya. Walau samar-samar, tapi yang pasti aku sangat bahagia kala itu. Aku masih duduk di bangku kelas nol besar Taman Kanak-kanak (TK-B). Saat itu, Papa masih ada diantara kami. Aku dan Mama. Tubuhnya masih tampak sehat dan segar bugar. Dengan senyuman khas yang selalu menenangkan hati, dan pastinya tak akan pernah bisa aku lupakan seumur hidupku.
Waktu itu adalah tahun kedua kami merayakan Hari Raya Idul Fitri setelah menetap di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Karena sejak lahir hingga usiaku menginjak 4 tahun, aku tinggal di kota Dili, Timor Leste, yang saat itu masih bagian dari negara Indonesia, dan masih berupa provinsi yang bernama Timor Timur.
Seingatku, lebaran pada waktu itu, yakni pada tahun 2000, aku bersama Papa dan Mama berlebaran di rumah Kakek dan Nenek, yang rumahnya berada tak jauh dari rumah kami waktu itu.
Senang sekali rasanya. Walaupun saat itu aku masih satu-satunya cucu dari Orangtua Mama, aku tetap senang dengan kehangatan yang kurasakan. Aku sangat rindu dengan masa-masa itu. Masa yang paling indah, berlebaran bersama sebuah keluarga kecilku yang lengkap. Shalat berjamaah, hingga mudik ke kampung halaman bersama-sama.
Beberapa bulan sebelum tiba bulan suci Ramadhan setahun berikutnya, Papa akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya karena sebuah penyakit yang terlambat diketahui. Bahkan mungkin dirinya sendiri pun tidak menyadarinya. Dua hari setelah aku melihat senyumannya yang begitu ceria dan membuatku tertawa geli, dan dua hari setelah ia dirawat di Rumah Sakit. Aku pun hanya bisa terdiam merasakan suasana rumah Kakek yang begitu sedih. Mungkin juga karena aku belum begitu paham dengan apa yang terjadi saat itu, aku hanya bisa terdiam melihat semua orang menangis jika melihatku. Terlebih Mama, yang mulai dari saat itu harus berjuang seorang diri untuk membesarkanku.
Aku sangat rindu akan kehadiran Papa. Aku rindu canda tawanya, senyuman khasnya, dan sosoknya yang penuh wibawa. Kalau boleh jujur, aku memang tidak ingat lagi dengan hari lebaran terakhir bersama Papa. Saat itu memang usiaku masih sangat kecil. Kalau aku bisa mengingat kenangan itu kembali, pastinya aku akan merasa Papa selalu ada diantara kami di dunia, pada saat-saat lebaran tiba.
***

0 comments:

Post a Comment

 

Suara Hatiku Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates