Event menulis antologi selanjutnya. Judul bukunya sih 'Ibu', tapi cerpenku yang dimuat menceritakan tentang 'Ayah' :D
Lebaran terakhir bersama Papa
Usiaku
saat itu masih 5 tahun. Namun setelah lebih dari 12 tahun, aku masih
mengingatnya. Walau samar-samar, tapi yang pasti aku sangat bahagia kala itu.
Aku masih duduk di bangku kelas nol besar Taman Kanak-kanak (TK-B). Saat itu, Papa
masih ada diantara kami. Aku dan Mama. Tubuhnya masih tampak sehat dan segar bugar.
Dengan senyuman khas yang selalu menenangkan hati, dan pastinya tak akan pernah
bisa aku lupakan seumur hidupku.
Waktu
itu adalah tahun kedua kami merayakan Hari Raya Idul Fitri setelah menetap di
kota Makassar, Sulawesi Selatan. Karena sejak lahir hingga usiaku menginjak 4
tahun, aku tinggal di kota Dili, Timor Leste, yang saat itu masih bagian dari
negara Indonesia, dan masih berupa provinsi yang bernama Timor Timur.
Seingatku,
lebaran pada waktu itu, yakni pada tahun 2000, aku bersama Papa dan Mama
berlebaran di rumah Kakek dan Nenek, yang rumahnya berada tak jauh dari rumah
kami waktu itu.
Senang
sekali rasanya. Walaupun saat itu aku masih satu-satunya cucu dari Orangtua
Mama, aku tetap senang dengan kehangatan yang kurasakan. Aku sangat rindu dengan
masa-masa itu. Masa yang paling indah, berlebaran bersama sebuah keluarga kecilku
yang lengkap. Shalat berjamaah, hingga mudik ke kampung halaman bersama-sama.
Beberapa
bulan sebelum tiba bulan suci Ramadhan setahun berikutnya, Papa akhirnya
menghembuskan nafas terakhirnya karena sebuah penyakit yang terlambat
diketahui. Bahkan mungkin dirinya sendiri pun tidak menyadarinya. Dua hari
setelah aku melihat senyumannya yang begitu ceria dan membuatku tertawa geli,
dan dua hari setelah ia dirawat di Rumah Sakit. Aku pun hanya bisa terdiam merasakan
suasana rumah Kakek yang begitu sedih. Mungkin juga karena aku belum begitu
paham dengan apa yang terjadi saat itu, aku hanya bisa terdiam melihat semua
orang menangis jika melihatku. Terlebih Mama, yang mulai dari saat itu harus
berjuang seorang diri untuk membesarkanku.
Aku
sangat rindu akan kehadiran Papa. Aku rindu canda tawanya, senyuman khasnya,
dan sosoknya yang penuh wibawa. Kalau boleh jujur, aku memang tidak ingat lagi
dengan hari lebaran terakhir bersama Papa. Saat itu memang usiaku masih sangat
kecil. Kalau aku bisa mengingat kenangan itu kembali, pastinya aku akan merasa
Papa selalu ada diantara kami di dunia, pada saat-saat lebaran tiba.
***
0 comments:
Post a Comment