Tuesday, August 27, 2019

Yang Tak Tersampaikan


Aku pernah mendengar seseorang bilang begini.

“Tak mengertikah kamu?

Mereka sudah meninggalkanmu!

Mereka sudah melupakanmu!

Mereka sudah tak peduli lagi padamu!

Jika kau sedang merindukannya mereka tak tahu.

Jika kau masih mengingat semua masa lalu saat bersama mereka juga tak akan tahu.

Bahkan jika kau sangat ingin bertemu pun mereka tak akan pernah tahu.



Jadi, untuk apa bersedih?

Apa gunanya meratap?

Apa untungnya mengingat masa lalu yang indah?

Jika kau tahu semuanya bahkan sudah tidak ingin berada di sana lagi.

Kau hanya bisa mengucapkan terima kasih.

Setidaknya mereka sudah mengisi masa-masa sulitmu yang dulu.

Seakan mengubah segala hal menjadi lebih indah dan berwarna.

Kau harus tetap bersyukur atas kehadiran mereka pada saat itu.

Sekalipun mungkin mereka tak pernah memahami.

Saat ini bahkan jauh lebih sulit daripada saat itu.”


Ya, seseorang pernah mengatakan itu padaku.
Seseorang, yang wujud dan rupanya mungkin tak akan pernah bisa mereka temukan dimanapun.

Monday, August 26, 2019

"Ananda"


12 tahun yang lalu ... 

Cerita yang nggak penting sih sebenarnya. Tapi entah mengapa aku pengen cerita aja gitu. Wkwk

Pagi itu saat aku baru terbangun, disaat Mama kebetulan sudah berangkat kerja pagi-pagi sekali. Kulihat di meja ada handphone Mama, dan baru sadar ternyata dia lupa membawanya. 

Setelah menyadari hal itu, karena takut seharian gak bisa ngobrol sama Mama karena pulangnya sore, segeralah kuambil handphone tersebut, lalu kuambil juga handphoneku.

Segera kumencari nomor yang tertera tulisan “Mama” dan langsung menekan tombol hijau di hpku, dengan niat ingin mengabari Mama kalau hpnya ketinggalan di rumah, tanpa sedikit pun berpikir kalau hp Mama memang cuma satu.

Nyaris bersamaan dengan itu, hp Mama tiba-tiba berbunyi tanda panggilan masuk.

Sejenak terkejut, kulihat di layar hp tertulis nama “Ananda” tanpa melihat nomor yang tertera di bawahnya. Sengaja aku tidak mengangkat panggilan tersebut dan segera memasukkan hp Mama itu ke dalam laci meja, karena mengira itu panggilan suara dari seorang teman Mama yang bernama “Ananda”.

Seiring waktu, aku mulai merasa gelisah karena Mama tak kunjung menjawab panggilanku, serta si “Ananda” yang entah mengapa terus saja menelpon.

Hingga beberapa menit kemudian, akhirnya aku menyadari suatu hal yang tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Segera kuambil hp Mama yang ada di laci, melihat nomor yang tertera dengan nama “Ananda” itu. Seketika aku pun langsung tertawa terbahak-bahak sendirian, di dalam kamar.

Mengapa aku tiba-tiba tertawa? Pasti sudah tahu jawabannya. xD

Thursday, July 18, 2019

Sekilas kisah tentang "Manusia Kayu"


“Manusia Kayu”

Pernahkah kalian mendengarnya? Sekitar 2 tahun yang lalu kisah seseorang dengan penyakit langka ini pernah muncul ke permukaan dan menjadi viral. 
Namanya Sulami, wanita asal kabupaten Sragen Jawa Tengah, yang menjalani hidupnya dengan kondisi tubuh yang seluruh bagian persendiannya berubah menjadi keras dan kaku. Kondisi ini membuatnya hanya bisa berdiri dan berbaring. Tak dapat duduk, karena persedian dipanggulnya sudah kaku dan lurus seperti bambu. Tak hanya Sulami, kembarannya pun mempunyai kondisi yang serupa, namun lebih dulu dipanggil oleh Allah SWT.

Hasil gambar untuk ankylosing spondylitis

Yaps! Ankylosing Spondylitis namanya. Sebuah penyakit golongan autoimun, yang secara bertahap membuat semua persendian yang lentur berubah menjadi kaku dan keras seperti kayu. Autoimun adalah jenis penyakit yang kalau dijelaskan mungkin cukup rumit. Tapi intinya, penyakit yang termasuk dalam jenis ini tidak bisa membedakan mana sel sakit dan yang sehat, sehingga antibodi yang harusnya menyerang sel sakit dan bisa melindungi tubuh dari berbagai macam penyakit, malah justru menyerang sel sehat dalam tubuh yang harusnya dilindungi itu.

Fyi, aku pun begitu. :)
Namun berbeda dengan Sulami, alhamdulillah aku masih bisa duduk, meski untuk berdiri dan berbaring dengan normal dan mudah sebenarnya sudah mustahil kulakukan lagi. Setidaknya aku masih bersyukur bisa berjalan walau harus dipegang, dan merasakan tidur lelap walau sesekali terbangun.

Kondisi yang awalnya misterius dan mengherankan ini mulai kualami sejak usia 12 tahun, saat aku kelas 6 SD, yang juga 12 tahun yang lalu. Secara perlahan, kemampuanku untuk bergerak semakin terbatas. Diawali dengan persendian dibagian leher, lutut dan pangkal paha kiri. Lalu bahu, siku, pergelangan dan jari-jari tangan kanan. Lalu pangkal paha dan lutut kanan. Kemudian rahang. Lalu bahu, siku, pergelangan dan jari-jari tangan kiri. Hingga terakhir, pergelangan serta jari-jari kaki kanan dan kiri.
Terlalu banyak ya? Satukan saja menjadi "nyaris" seluruhnya, karena masih ada beberapa bagian dari sendi itu yang bisa kugerakkan sedikit. :)

Jika disebut lumpuh mungkin kurang tepat ya, karena aku masih bisa merasakan. Hanya untuk menggerakkannya saja yang bagiku terasa sangat-sangat terbatas. Kalaupun bisa dipaksa mungkin tidak akan sakit, melainkan bisa patah, dan itu bisa jauh lebih parah lagi. :(
Kalau dipikir-pikir dan dibayangkan mungkin agak ngeri ya sebenarnya. Pergerakan yang serba terbatas ini sudah jelas menghambat segala kegiatan yang dulu dapat dengan mudah kulakukan sendiri. Bahkan karena saking parahnya saat itu, di kelas 6 semester 2, penyakit ini akhirnya membuatku harus lebih banyak belajar di rumah, disaat-saat terakhirku menikmati waktu bersama teman-teman di Sekolah Dasar.

Karena usiaku saat ini alhamdulillah sudah menginjak 24 tahun, dan penyakit itu muncul 12 tahun yang lalu, bukan berarti di masa 12 tahun sebelumnya kondisi fisikku normal seperti anak-anak lainnya. Sejak kecil memang aku sudah berbeda, namun kondisi itu tak pernah sekalipun membuatku merasa berbeda. ^^
Hingga tiba saat usia sekolah, aku senang karena bisa diterima di sekolah umum, meski sudah jelas aku tetap tak bisa menghindari tatapan aneh maupun cibiran dari anak-anak nakal yang terkadang dapat melukai perasaan. Namun dibalik semua itu, bagiku masih ada lebih banyak pengalaman yang menyenangkan bersama teman dan sahabat-sahabatku di masa-masa sekolah itu.

Hasil gambar untuk ankylosing spondylitis adalah

Setelah 12 tahun berlalu, tak terasa kondisi ini membuatku semakin tak berdaya. Merasa sedih mungkin pernah. Tapi kalau memang ini sudah menjadi takdirku, aku bisa apa? Hanya bisa bersyukur atas kesempatan hidup yang masih diberikan. Kesempatan untuk bernafas, juga untuk beribadah kepada Sang Pencipta. :)

Mau tau kisah lainnya tentang hidupku? Klik aja DI SINI.

Dibalik setiap peristiwa yang terjadi akan selalu terselip sebuah pelajaran hidup yang tak akan pernah disangka kita telah mampu melaluinya. Dan jika melihat kebelakang, aku pun tak pernah menyangka akan mampu melalui semua kesulitan itu bahkan hingga detik ini.

Merasa hidupmu sulit? Coba bandingkan dengan mereka yang hidupnya jauh lebih berat, bukan yang lebih mudah. Pasti kamu akan merasa bersyukur. Tapi jangan aku ya, karena aku juga sadar bahwa diluar sana masih banyak yang ujian  hidupnya jauh lebih berat dariku, namun mereka tetap tegar menjalaninya. ^^
Yakin saja, bahwa akan selalu ada kekuatan yang muncul dalam diri ketika merasa tak mampu melakukan apapun lagi, namun hati tetap berusaha ikhlas untuk menerima dan melalui semuanya. Keep smile, and keep spirit!

Note : 
Kalau mau kabar terbaru tentang Sulami, klik aja di sini.
Jika masih bingung apa itu Ankylosing Spondylitis, Autoimun dan sejenisnya, goggling aja ya! :D

Thursday, January 31, 2019

Renungan Diri #selfreminder by Me


Pernahkah kau berpikir bagaimana rasanya menjadi seseorang yang berbeda?
Pernahkah kau membayangkan bagaimana rasanya menjadi seseorang yang bukan dirimu?
Atau lebih jelasnya,
Pernahkah kau menginginkan hidup seperti orang lain?

Pasti pernah, kan?
Terlebih disaat-saat tersulit dalam hidup, yang seolah ingin membuat diri ini segera lepas dari semuanya.
Namun, bagaimana jika pertanyaan itu dibalik?

Bagaimana jika ada orang lain diluar sana yang justru sangat ingin berada diposisimu saat ini?
Apakah kau rela memberikan kehidupanmu padanya?

Dan andai jika bertukar kehidupan itu dibuat menjadi sangat mudah dan kau benar-benar melakukannya,
Bagaimana jika kau tidak bisa kembali pada kehidupan yang telah kau tukar dengan orang lain?

 Ingat, setiap manusia di dunia punya jalan hidupnya masing-masing.
Kehidupan memang sudah ditentukan jauh sebelum manusia itu lahir ke dunia ini,
Bahkan beribu-ribu tahun sebelum manusia diciptakan.

Karena itu, jangan pernah sesali hidupmu.
Bagaimanapun kondisimu, seberat apapun masalahmu, sesulit apapun perjuanganmu,
Jangan biarkan dirimu lantas menyerah dan merasa bahwa seakan-akan dunia ini tak adil untukmu.
Berusaha bangkit, dan yakinlah bahwa dibalik kegelapan, cahaya itu akan selalu ada.

Kisah singkat di tahun 2018

Finally! Seneng banget bisa nulis di blog ini lagi. Setelah sekian bulan vakum, wara-wiri di blog sebelah, lalu kemudian vakum lagi beberapa saat dari blog itu, akhirnya aku bisa posting cerita lagi di sini. Meskipun temanya agak telat sih ya, karena harusnya cerita ini aku posting diawal tahun ini, tapi nggak apalah baru lewat sebulan artinya masih awal tahun kan yak? :D

Welcome 2019!!

Tak terasa, tahun 2018 telah berakhir. Tahun yang penuh kenangan, entah itu baik ataupun buruk, yang jelas aku merasa sangat bersyukur bisa melalui semua itu dan masih diberi anugerah menghirup nafas hingga detik ini. Alhamdulillah... :)

Kalau bicara soal suka duka apa yang kualami di sepanjang tahun 2018 lalu, mungkin aku hanya bisa cerita sedikit. Karena sebagian besar waktuku hanya di rumah, dan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini aku cukup minim kegiatan. 

Mengapa disebut kegiatanku jadi lebih sedikit? Itu karena pergerakanku yang semakin terbatas. Ada beberapa hal yang di tahun-tahun sebelumnya masih mampu dengan mudah kulakukan, secara perlahan namun pasti, mulai tidak bisa kulakukan lagi bahkan sejak awal tahun 2018 yang lalu.
Januari 2018, kekakuan yang selama beberapa tahun terakhir ini diam, menghilang seolah ber-hibernasi, kembali menyerang anggota tubuhku secara bertahap.

Diawali dengan lutut kananku, yang diserang pembengkakan dan rasa nyeri luar biasa. Rasa yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, yang seringkali membuatku susah tidur. 

Beberapa bulan kemudian setelah bengkak dan rasa nyeri itu berangsur hilang, lutut kananku yang sebelumnya memang sudah kaku setengah (tidak bisa dilipat/tekuk), kini bahkan tak bisa lagi ditekuk setengah, bahkan nyaris lurus. Namun meski begitu, aku tetap bersyukur karena masih bisa menggerakkannya walaupun sedikit. 

Memasuki bulan keempat di tahun 2018, kekakuan itu kembali menyerang pergelangan kaki kiriku, yang otomatis membuatku tak mampu lagi untuk bangkit berdiri sendiri tanpa dibantu. Berbagai kegiatan yang biasanya mudah kulakukan pun, sudah tak mampu lagi kulakukan sendiri. 

Sedih? Itu pasti. Secara, hal-hal yang sebelumnya masih mampu kulakukan sendiri, sejak saat itu, secara resmi sudah tidak bisa kulakukan lagi tanpa bantuan orang lain. 
Berat? Jelas, bahkan sangat berat. Yang tadinya aku masih bisa mengambil sendiri sesuatu yang jauh dari jangkauanku dengan cara berdiri dan sedikit berjalan, kini benar-benar sudah tidak bisa lagi.

Bohong rasanya kalau aku merasa baik-baik saja. Sebaliknya, aku merasa semakin tak berdaya dengan kondisi ini. Rasanya seperti ada sesuatu yang hilang, dan aku pun memahami sesuatu itu bernama “Kemampuan” yang kuakui kesedihan karenanya sangat sulit aku lupakan.

Tapi menurutku, memangnya harus semua rasa itu ditunjukkan dengan sikap yang egois dan emosional? Perlukah semua rasa itu diungkapkan secara lantang dan penuh emosi dengan cara mengamuk, marah, atau bahkan sampai menangis?

Justru sebaliknya. Aku tetap berusaha untuk optimis, husnudzon, dan hanya ingin menyebutnya sebagai anugerah. Sebuah anugerah, yang membuatku belajar untuk lebih kuat dan tegar menjalani hidup, sesulit apapun itu. Dengan begitu, semua perubahan yang kualami ini akan terasa seperti hal yang biasa saja.

Selama tahun 2018 kemarin, seperti yang kukatakan diawal tadi, kegiatan yang bisa kulakukan sendiri menjadi semakin sedikit. Tak terkecuali menulis not angka lagu, yang telah menjadi kegemaran sekaligus aktivitas rutinku sejak beberapa tahun sebelumnya.

Sebuah insiden beberapa waktu lalu membuat tanganku semakin kaku dan mulai sulit untuk menulis dibuku. Insiden yang cukup membuatku terkejut, namun bukan berarti setelahnya membuatku tidak bisa mencari not angka lagi.

Tapi kalau soal postingan di blog, untuk lagu-lagu terbaru mungkin sudah tidak bisa lagi kutuliskan, kecuali jika memang ada yang mau order langsung via chat di whatsapp.

Selain karena kondisi tanganku yang semakin sulit menulis, ada alasan lain yang membuatku mengurangi kegiatan mencari atau menulis not lagu. Alasan itu cukup kuat, namun tak bisa kuceritakan di sini. Mungkin saja kalian bisa menebaknya.

Yang jelas, diluar semua itu aku hanya ingin berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi meski ditengah kondisi yang terbatas ini, dalam segala hal yang lebih baik pula. :)


***

Kesulitan itu datang bukan untuk membuatmu menyerah. Namun justru keadaan itu ingin melihat apakah dirimu masih punya kekuatan untuk sekedar bangkit dan melawannya.  Karena, kekuatan itu berasal dari dalam dirimu yang sebenarnya. Kau bisa memilih untuk menyembunyikan, atau menghadirkannya dalam hidupmu. 

Tak akan pernah ada kekuatan jika kita hanya menunggu seseorang, atau sesuatu. Tak akan pernah ada keikhlasan jika kita hanya bergantung pada situasi, atau kondisi. Karena, sosok yang paling mendukung itu sebenarnya ada di dalam diri kita sendiri. Baik itu berasal dari naluri, hati, maupun pikiran kita sendiri. 

Untuk itu, Semangat! Jangan menyerah pada kondisi, dan jangan salahkan situasi maupun orang lain. Beberapa diantara mereka mungkin beruntung karena memiliki teman yang peduli, fasilitas yang serba ada, ataupun situasi yang mendukung. Namun tetap saja, mereka takkan mampu menikmati semua itu jika belum bisa melawan diri sendiri. 

Tidak ada manusia yang sempurna. Karena yang difabel pun memiliki hak yang sama dengan mereka yang nondifabel. ❤

*NB : Catatan ini sebenarnya juga saya buat sebagai pengingat untuk diri sendiri. Dan untuk kalian, semoga bermanfaat! :)
 

Suara Hatiku Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates