Friday, December 5, 2014

(Disability Day!) Kisahku bersama Disabilitas


Selamat Hari Disabilitas Internasional!!

Walaupun tulisan ini udah telat sehari tapi nggak apalah, yang penting jadi sesuatu yang bisa kalian baca. Smoga bermanfaat! :D

"Disability Day" atau "Hari Disabilitas". Dalam arti yang lebih spesifik; Hari Penyandang Cacat Sedunia. Namun istilah tersebut sepertinya terlalu kasar dan terdengar kurang pantas bagi mereka yang menyandangnya. Disabilitas juga biasa disebut dengan nama Difable. Jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia, ini juga biasa disingkat menjadi HIPENDIS (Hari Internasional Penyandang Disabilitas).
Kira2 apa yang terlintas dibenakmu saat mendengar istilah itu? Merasa simpati, atau malah merasa il feel dan ingin menjauh?

Mungkin bagi sebagian besar mereka yang normal hari itu nggak ada penting-pentingnya sama sekali. Tapi mereka para penyandang maupun yang peduli disabilitas justru menganggap bahwa hari ini merupakan kesempatan mereka untuk mengungkapkan segala hal yang mungkin selama ini terabaikan oleh orang lain karena kondisi mereka yang terbatas.

Jujur, sebagai salah satu penyandang disabilitas yang mungkin bisa dibilang "sejak lahir", aku baru mengetahui bahwa ternyata di dunia ada hari peringatan khusus bagi kaum disabilitas seperti ini pada tahun 2013 lalu, beberapa hari setelah menghadiri sebuah acara launching buku #KaryaPelangi di Solo pada 3 November 2013 lalu, tepat 1 bulan sebelum Disability Day.

Hari Disabilitas Internasional ini diperingati setiap tanggal 3 Desember. Pada hari itu nyaris semua komunitas penyandang maupun yang peduli terhadap penyandang disabilitas mengadakan acara atau perkumpulan agar semuanya dapat membaur saling berbagi pengalaman, saling menyemangati dan memberi support satu sama lain.

Tanpa kita sadari, adanya hari peringatan kaum disabilitas ini ditujukan agar semua masyarakat dapat saling memahami dan saling membantu antar sesama manusia, terlebih lagi pada kaum disabilitas yang pastinya membutuhkan perhatian juga dukungan semangat dari mereka yang normal agar tetap berpikir positif dalam menjalani hidup.

Soraian "Stop Diskriminasi" pun sering terdengar disaat pembahasan mengenai kaum disabilitas ini. Berhubung karena di luar sana masih saja ada pihak-pihak tak berperikemanusiaan yang sering menyepelekan keberadaannya. Banyak pula tempat-tempat umum seperti Mall hingga Bandara yang seolah2 hanya diperuntukkan bagi mereka yang normal saja. Jarang ada tempat2 khusus seperti toilet dan tempat istirahat yang diperuntukkan bagi para penyandang disabilitas. Padahal jelas2 para kaum difable ini sangat membutuhkan tempat yang setidaknya lebih memudahkan untuk bergerak, dan tak harus berjuang bersusah payah bersama dengan mereka yang normal.

***


Sedikit cerita, aku juga penyandang disabilitas. Mungkin bisa dibilang sejak lahir. Karena waktu itu aku lahir melalui proses vacuum, terjadi sedikit pembengkokan pada kedua ibu jari kakiku. Aku juga nggak tahu pasti apa penyebabnya. Bisa jadi ada syaraf yang memendek ataukah terjepit, dan membuat kedua ibu jari kakiku agak menekuk ke dalam. Selain itu, leherku juga terlihat berbeda, sehingga kepalaku terlihat sedikit miring ke kiri. Jika kalian penasaran, bisa lihat difoto jaman kecilku berikut ini :

With nenek uyut @ Dili (1995)
With spupu @ Dili (1996)
Meskipun begitu, aku tetap ceria menikmati masa-masa kecilku yang bahagia. Kedua orang tuaku juga tak ingin membuatnya menjadi masalah yang berarti. Yang penting aku bisa tumbuh sehat dan ceria seperti anak-anak lainnya. Aku pun tak pernah memusingkan hal tersebut, yaa mungkin juga karena saat itu aku belum mengerti arti perbedaan.

Menginjak usia 1 tahun 5 bulan, aku pernah dioperasi dibagian perut. Semuanya berawal sejak usiaku masih 4 bulan. Kata Mama, saat itu bagian perutku seperti mengeras, namun tidak terasa sakit. Karena itu juga, sejak kecil aku tak pernah merasakan fase merangkak. Hal ini terjadi karena aku sulit untuk mengangkat kepalaku saat berbaring telungkup. Meski begitu, masa kecilku tetap kulalui dengan keceriaan, sama seperti anak-anak normal lainnya.

Oh iya, aku belum cerita penyebab terjadinya operasi itu. Mungkin sudah pernah kujelaskan di beberapa postingan lalu. Waktu itu, berhubung Papa dan Mama sudah mau kembali lagi ke Timor Timur, aku pun dititipkan kepada Nenek di Makassar sekalian untuk berobat alternatif. Beberapa bulan berlalu, secara diam-diam Nenek coba memeriksakan aku ke Dokter. Saat itu barulah ketahuan kalau ternyata Dokter mendiagnosa aku mengidap penyakit sejenis tumor air dibagian perut, yang jika tidak ditangani dalam 10 hari akan berakibat fatal pada diriku.

Segeralah kabar ini sampai pada kedua Orang tuaku yang saat itu masih berada di kota Dili, Timor Timur. Setelah mereka tiba di Makassar, dan melalui beberapa pertimbangan keluarga tentang tindakan operasi yang dilakukan terhadapku itu. Beberapa hari kemudian, operasi pun dilaksanakan.

Diluar dugaan, dalam tindakan operasi itu ternyata tidak ada yang bisa diangkat, karena yang mengeras merupakan dinding perut, tepatnya lapisan ketiga dari usus. Jika bagian itu diangkat, otomatis perutku hanya tinggal kulit saja. Sudah pasti Dokter nggak akan tega melakukan hal ini terhadapku. Dan diagnosa tumor air itu, ternyata bukan.

Setelah operasi, aku kembali ke kota Dili bersama kedua Orang tuaku, dan hidup dengan ceria seolah tanpa beban apapun. Ya, karena masih kecil dan belum mengerti apa-apa. Kedua Orang tuaku juga memutuskan untuk tidak memperpanjang masalah “kesalahan diagnosa” oleh Dokter waktu itu. Mereka bersyukur karena keadaanku baik-baik saja, walau masih belum ada perubahan pada diriku yang belum bisa berdiri tegak. Jika berjalan, kedua lututku akan sedikit menekuk Dan jika duduk, kaki kananku yang agak sulit ditekuk. Namun seperti biasa, itu tak pernah menjadi masalah bagiku.

Waktu Ultah ke-2 @ Dili (1998)

Umur 4 tahun @ Dili, beberapa minggu sebelum pindah ke Makassar

Umur 4 tahun @ Dili (1999)
Pada usia sekitar 3 tahun, barulah terjadi perubahan pada kedua kakiku. Untuk pertama kalinya aku bisa berdiri dan berjalan dengan tegak walau dengan kaki yang seperti diseret. Bahkan untuk berlari pun aku sudah bisa. Tak terbayangkan perasaan kedua Orang tuaku saat itu. Aku sangat berterima kasih pada mereka yang selalu berusaha untuk membuatku menjadi seorang anak yang kuat dan selalu ceria walau dengan keadaan apapun.

Diusiaku yang baru menginjak 4 tahun, setelah pindah ke kota Makassar karena kami dan para warga pendatang lainnya “diusir” dari Timor Timur, aku memulai sekolahku di Taman Kanak-kanak umum biasa. Meski memiliki fisik yang sedikit berbeda dengan anak-anak lain, aku tetap merasa normal. Tak ada hal yang perlu ditakutkan jika ingin berteman dengan siapa saja.

With sahabatku @ Makassar (2000)

Dua tahun kemudian (karena setahun sebelumnya belum bisa lulus karena belum cukup umur), aku melanjutkan sekolahku di sebuah Sekolah Dasar formal yang masih termasuk salah satu SD favorit di kota Makassar. Selama 6 tahun sekolah di sana dengan kondisiku yang berbeda, pastinya tidak berjalan mulus dan aman-aman saja. Aku pernah merasakan yang namanya diejek, dicibir, dijahili, dan hal2 lainnya yang seolah menguji kesabaranku. Rasanya jika ada teman dari kelas lain yang mengejek kondisi fisikku tepat di belakangku? Sakitnya Tuh Disini!!

Haha, tapi tenang saja. Aku tak pernah sekalipun membalas mereka dengan tindakan onar yang ujung2nya akan membuatku merasa konyol. Hanya senyuman yang bisa kuberikan pada mereka. Berharap suatu saat mereka akan menyadari perbuatan mereka, dan memahami bahwa tak ada manusia yang sempurna di dunia ini.

Bertahun-tahun berlalu, setelah lulus SD aku melanjutkannya di rumah. Kenapa? Semua ini berawal pada saat liburan menuju semester 2. Terjadi kekakuan pada persendian panggulku, tepatnya pada pangkal paha sebelah kanan. Hal ini membuatku cukup sulit berjalan dengan tegak.

Beberapa bulan kemudian, giliran tangan kananku yang diserang kekakuan otot. Yap, tangan kanan yang sejak kecil sudah biasa aku gunakan untuk menulis, makan, dan masih banyak kegiatan lainnya. Namun aku bersyukur masih bisa menulis walau harus membawa dan menggunakan papan ujian setiap hari untuk mengikuti posisi tanganku yang kaku.

Satu bulan sebelum tiba waktu Ujian Nasional, aku berusaha untuk tetap datang ke sekolah, bahkan mengikuti pelajaran tambahan sampai jam 3 sore. Karena yang sakit dan terjadi kekakuan hanya pada tangan dan kakiku, bukan pikiranku. Aku kan juga ingin bisa lulus Ujian Nasional dengan nilai yang memuaskan.

Setelah merasa lega karena berhasil melewati Ujian Nasional, waktu liburan itu pun aku gunakan untuk menjalani berbagai macam pengobatan, hingga aku divonis oleh seorang Dokter mengidap penyakit sejenis pengapuran otot. Sempat juga ada perasaan sedih ketika menghadapi kenyataan bahwa aku tak bisa ikut menghadiri acara perpisahan sekolah. Ini untuk kedua kalinya aku tidak menghadiri acara perpisahan di sekolahku. Yang pertama yaitu pada saat perpisahan TK dulu. Saat Papaku meninggal setelah dua hari dirawat di Rumah Sakit karena sebuah penyakit yang terlambat diketahui, 4 bulan setelah kepergian adik laki-lakiku yang juga meninggal sesaat setelah dilahirkan.

Terakhir kalinya aku datang ke sekolah, yaitu pada saat ingin mengambil STSB (Surat Tanda Selesai Belajar). Aku bertemu dengan Kepala Sekolah dan guru-guruku. Mereka sempat terkejut karena kekakuan ditangan kananku yang tak bisa lagi ditekuk. Aku juga sedih karena tak bisa mencium tangan mereka untuk terakhir kalinya. Mereka pun memberi semangat agar aku selalu optimis untuk sembuh.

Dan, selain bertemu guru-guru, aku juga bertemu dengan seorang sahabat baikku, yang telah setahun menjadi teman sebangkuku saat kelas 6 dulu. Tapi yang kuharap selama ini, saat itu bukan pertemuan terakhirku dengannya. :’(

Umur 12 tahun, saat liburan setelah UN. Tangan kanan dan kaki kiri sudah agak kaku. Pipiku Chubby kan? :D
Selanjutnya, aku menjalani hidup dengan ikhlas, sabar, optimis, dan pastinya semangat. Meski hanya bisa belajar di rumah dengan keadaan fisik yang makin lama semakin terbatas, aku tetap bersyukur masih bisa melakukan kegiatan favoritku seperti menggambar, melukis, menulis cerpen/novel, bermain piano, dan lainnya. Aku pun masih bisa makan sendiri, kecuali pada saat tangan kiri yang kupakai untuk makan dengan sendok diserang kekakuan otot. Setiap makan aku harus disuapi Mama ataupun Nenek. Jika ingin makan sendiri, terkadang aku menggunakan sendok yang ukurannya cukup panjang sehingga makanan itu bisa sampai di mulutku.

Berusaha untuk berpikir positif, tak selamanya membuatku merasa tenang, optimis dan bahagia. Ada kalanya aku merasa sedih karena tak bisa sekolah formal seperti teman-temanku yang lain. Kadang juga aku merasa kasihan pada Mama yang mengurusku tanpa seorang Papa hingga usiaku belasan tahun. Namun kesabaran dan kasih sayang Mama-lah yang bisa membuatku bertahan dan tetap berusaha semangat hingga detik ini.

Beberapa bulan lalu, saat Mama kembali memeriksakanku ke seorang Dokter spesialis, aku divonis mengidap sebuah penyakit bernama Ankylosing Spondilitis. Nama yang sangat asing bagiku. Namun setelah mencari informasinya melalui internet, aku pun menyadari semua yang dikatakan Dokter itu memang benar. Umumnya penyakit jenis ini lebih banyak menyerang laki-laki ketimbang perempuan. Mungkin, aku termasuk pada jumlah perempuan yang sedikit itu. Tapi aku berusaha untuk tidak bertanya Kenapa, dan Mengapa.

Untuk masalah obat, saat ini aku cukup merasa bebas. Setelah semua obat yang aku konsumsi sejak sakit mulai dari jamu kental yang pahitnya luar biasa, harus mengunyah ramuan jamu yang dibentuk bulat, air dari rebusan sarang semut, berbagai macam suplemen makanan, obat herbal china, dan masih banyak lagi, rasanya percuma saja. Terkadang aku mengonsumsi obat hanya pada saat demam malariaku kambuh. Kadang juga aku mengonsumsi madu, obat dari segala obat yang rasanya paling enak dan paling manis dari semua obat yang pernah ku minum. :D

Umur 14/15 tahun. Mulai kurusan yaa :D

Diluar semua yang pernah terjadi dalam hidupku sejak kecil hingga sekarang, ada banyak hal yang aku syukuri. Sifat sabar, tegar, tabah, kuat, dan selalu optimis mengiringi langkah kehidupanku yang mungkin bisa dibilang sangat berliku. Saat aku diejek oleh teman-teman di sekolah dengan ucapan “si pincang” ataupun “kepala miring”, Mama selalu berkata padaku bahwa Allah sedang menguji kesabaranku. Semakin banyak yang mengejek, jika aku tetap berusaha untuk sabar, maka tingkat kesabaranku akan semakin tinggi.

Bagaimana dengan kehidupan kalian? Apakah ada yang mirip sepertiku? Jika ada, aku hanya bisa mengatakan bahwa hidup ini adalah anugerah dari Allah SWT. Kalau kita menjalaninya dengan ikhlas maka semuanya akan terasa lebih mudah. Hadapi semua masalah dengan hati yang tenang. Abaikan mereka yang selalu menganggap rendah dirimu. Buktikan kalau kamu punya “sesuatu” yang luar biasa yang tidak akan pernah bisa mereka miliki. Bukan barang2 yang mahal, bukan harta yang berlimpah. Tapi dengan prestasi. Hadapi semuanya dengan pikiran yang tenang, hati yang tulus, serta jiwa yang tegar. Aku yakin, dengan semua itu kamu pasti bisa mengatasi apapun masalah dalam hidupmu.

Umur 19 tahun. Inilah aku sekarang. Makin beda ya? Udah gak chubby lagi kan? :D

***

Dibalik semua perbedaan itu, kita harus menyadari satu hal. Bahwa semua manusia itu sama, makhluk ciptaan Tuhan yang pastinya juga memiliki kekurangan dan kelebihan dengan porsinya masing-masing. Entah itu banyak maupun sedikit, semua tergantung kita yang menjalaninya dengan ikhlas atau tidak. Ada yang diberi kemudahan dengan anugerah berupa kesehatan, namun masih banyak mengeluh karena masalah yang dihadapi. Namun ada juga yang keadaannya bahkan nyaris tak berdaya, namun masih dapat bersyukur dengan apa yang dimilikinya, dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi. Sifat manakah yang menjadi pilihanmu?

Ingat! Jika kamu ingin lebih baik, maka lihatlah yang di bawah sebagai inspirasi, dan lihat yang di atas sebagai motivasi. Lihat dan anggaplah yang di belakang sebagai masa lalu, masa sekarang sebagai proses pembelajaran, dan lihat ke depan sebagai kehidupan yang lebih baik.

Semoga postingan ini bermanfaat untuk kalian. Sampai jumpa di postingan2ku berikutnya :)

Sunday, November 2, 2014

Novel ketigaku : PBC - A Secret Bestfriend

Hai lagi! Kali ini aku mau share tentang novel ketigaku yang baru aja terbit Oktober 2014 kemarin. Judulnya : A Secret Bestfriend
Penasaran dengan covernya? Ini diaaa....


Judul : A Secret Bestfriend
Penulis : Winda Aulia Saad
ISBN : 9786022425540
Novel Seri : Pink Berry Club
Penerbit : DAR! Mizan - PT. Mizan Pustaka - Mizan Publishing
Tahun Terbit : Oktober, 2014

Sinopsis :
Sudah bukan rahasia lagi kalau dua geng di sekolah ini selalu bermusuhan. Geng Forever Five Girls beranggotakan lima cewek beken di sekolah. Cantik dan pintar. The Former Boys beranggotakan empat cowok keren. Ganteng dan jago basket.
Mereka selalu bersaing dan selalu berseteru di manapun. Dari kantin sekolah sampai ke lapangan basket. Satu sama lain saling menjaili dan menjatuhkan. Namun, ada yang aneh beberapa minggu belakangan. Winda, dari geng perempuan, selalu membela Putra, dari geng laki-laki. Begitu pun sebaliknya.
Suatu hari, Winda yang jago softball ditantang teman-temannya untuk melempar bola sekuat tenaga ke arah Putra yang sedang main basket. Mampukah Winda menolak tantangan itu? Apakah persahabatan pribadi bisa merusak persatuan geng?

***

Gimana? Penasaran dengan kisah seru antar-geng Forever Five Girls dan The Former Boys? Segera dapatkan di toko buku terdekat! :)

Baca ceritaku tentang novel A Secret Bestfriend ini dipostingan Dibalik naskah A Secret Bestfriend

Story Of My : PBC - A Secret Bestfriend karya Winda Aulia Saad

A Secret Bestfriend
Mengisahkan tentang dua orang sahabat kecil yang saling bermusuhan sejak duduk di kelas 4 SD. Disaat keduanya memutuskan untuk berdamai, dua sahabat yang bernama Winda dan Putra ini harus menerima kenyataan bahwa sejak awal para anggota dari kedua geng mereka adalah musuh bebuyutan. Karena tak ingin menyakiti para sahabat mereka di geng masing-masing, maka dimulailah istilah “sahabat rahasia” diantara keduanya.

Perjalanan penuh liku mereka (Putra dan Winda) lalui secara rahasia. Mereka sangat ingin mengakui persahabatan itu, namun disisi lain mereka tak ingin membuat persahabatan dengan geng masing-masing menjadi hancur. Kejadian apakah yang kelak akan membuat semua rahasia mereka terungkap?

***

Kisah ini mulai aku tulis sekitar awal tahun 2012 lalu, beberapa hari setelah aku mengirim naskah keduaku, Pangeran Mimpi Zera (PBC 2013). Dan cerita ini selesai sekitar setahun berikutnya. Lama juga, ya? Padahal, pada saat pertama kali aku menulis ceritanya itu langsung sampai pada halaman 23. Sebuah awal yang menurutku bagus dan cukup membangkitkan semangat untuk terus menulis. :D

Biasanya cerita novel paling singkat itu dibuatnya hanya 1 sampai 2 bulan, bahkan kurang dari itu. Lantas, kenapa aku selesainya bisa sampai 1 tahun? Nah, itu juga yang kadang-kadang bikin aku nyesel. Terlebih lagi, itu cuma satu naskah -_- Banyak hal yang terjadi ditengah-tengah pembuatan naskah ini. Banyak perubahan yang terjadi pada kondisi kesehatanku. Naik-turun, naik-turun, serasa jalanan ke puncak dan nggak tahu berhentinya kapan. T_T *Bingung? Cari sendiri jawabannya :D

Sempat juga aku terkena Block Writer (Meski aku nggak yakin kalau istilah ini bener-bener ada atau tidak). Pikiran rasanya buntu tiap kali buka file naskah itu. Palingan cuma bisa nambahin beberapa baris, baca dari awal, ngedit sedikit, trus di close lagi. Aku juga bingung kenapa bisa sampe kayak gini. Hal inilah salah satu yang menghambat alur ceritaku di novel ini, dan cukup mengulur banyak waktu untuk menyelesaikannya.

Namun, setelah kedua buku aku akhirnya terbit hampir bersamaan ditahun 2013 lalu, yang judulnya Galaneon And Friends dan Pangeran Mimpi Zera. Rasanya semangat menulis aku bangkit lagi. Dalam waktu semalam aku bisa menulis lebih dari 10 halaman, trus lanjut besoknya lagi, dan lagi. Pokoknya, untuk mikirin alurnya itu nggak sesulit dulu lagi.

Namun, saat itu tetap masih belum banyak yang aku revisi. Sambil berpikir untuk kisah persahabatan ‘mereka’ selanjutnya, sesekali aku baca buku-buku lain dengan tema cerita yang tak jauh beda untuk mencari inspirasi. Sempat pula terjadi beberapa perubahan nama pada tokoh, nama salah satu geng, perubahan karakter tokoh, perubahan alur cerita, dan lain-lain. Hal ini mungkin sudah sangat biasa bagi teman-teman penulis lainnya.

Sampai akhirnya, pada bulan Agustus tahun 2013 lalu naskah yang awalnya aku beri judul “My Secret Bestfriend” ini selesai, trus aku print, jilid, masukin di amplop coklat yang gede seukuran A4 (sedikit lebih gede), nulis alamat penerbitnya yang lengkap (Yaelahh, lengkap banget tuh tahapnya :D), dan langsung deh aku kirim ke Penerbit Mizan.

***

Januari 2014, aku dapat kabar gembira dari penerbit yang menyatakan bahwa naskah “My Secret Bestfriend” karyaku sudah lolos tahap seleksi. Akupun diminta untuk mengirim naskah softcopy ke emailnya Kakak editor (yang saat itu masih kak Moemoe Rizal).
Beberapa minggu setelah itu, aku dapat email lagi dari kak Moemoe yang isinya berupa file Ms.word yang berisi catatan dari first reader. Selang dua hari, aku kirim lagi naskah yang sudah aku edit dan perbaiki alur ceritanya.


April 2014, aku dapat email lagi dari kak Moemoe yang isinya kayak gini nih :
“Naskah My Secret Besfriend masih proses redaksi.
Kemarin baru selesai edit, dan sekarang sedang proof digital.
Jadi sabar aja, ya, nunggu terbitnya. Hehe.
Kenapa lama? Karena PBC yang masuk ke sini kan ratusan...
Jadi nggak bisa fokus ke satu buku saja. Harus bagi2 konsentrasi, nih.
Hihihi..”

Dan, aku pun mencoba sabar menunggu kabar selanjutnya dari kak Moemoe, sambil menulis cerita novelku selanjutnya.

Masih dibulan April 2014. Kebetulan naskahku selanjutnya yang keempat yang judulnya... (Hmm, rahasia dulu deh!) sudah selesai dan siap dikirim ke alamat redaksi Mizan Bandung. Yang jelas, naskahku yang keempat ini masih tentang persahabatan. Berhubungan dengan kisah My Secret Bestfriend? Kita lihat saja nanti. :)


Juni 2014, setelah sebelumnya sempat beberapa kali bertanya lewat emailnya kak Moemoe, kali ini aku dapat kiriman pesan dari email yang namanya Andika Budiman. Siapa dia? Setelah ditelusuri, ternyata dia merupakan salah satu kakak editor juga, dan baru kukenal setelah ia mengabarkan bahwa kak Moemoe sudah tidak menjadi editor di Mizan lagi.

Begini katanya (dipenutup pesan) :
“PS: Kak Moemoe titip salam. Ia pamit, mulai tanggal 20 Juni 2014 tidak bisa lagi jadi editor di DAR! Mizan pada umumnya, dan editor novel Lia pada khususnya. Kak Moemoe ingin keliling dunia.”

Sempat kaget juga sih bacanya. Pantesan selama ini emailku nggak pernah dibales lagi sama dia. Ternyata sudah nggak jadi editor lagi, toh! Nggak apalah, semua orang kan berhak mengejar impiannya masing-masing. Salam aja buat kak Moemoe ^_^’


September 2014, aku dapat kabar lagi dari kak Andika melalui email bahwa naskahku yang berjudul My Secret Bestfriend, judulnya diganti menjadi A Secret Bestfriend, sekalian buat cek PDF naskah dan hanya diberi waktu (Deadline) 1 sampai 2 hari. But, bagiku itu nggak jadi masalah yang berarti.


20 Oktober 2014, aku mendapat email lagi dari kak Andika. Begini isinya :
“Aku mau mengabari. Buku karya Lhia, A Secret Bestfriend sudah terbit dan akan segera beredar di toko buku. Redaksi turut bangga dan bersenang hati dengan terbitnya karya Lhia ini. Mudah-mudahan buku ini bisa menghangatkan hati banyak pembaca. Dan mudah-mudahan, Lhia bisa terus menemukan makna dan kesenangan dari kegiatan menulis dan membaca buku.”

Waah... Rasanya seneng pake banget dengar kabar ini. Pengen teriak sekenceng-kencengnya pake toa...

“AKHIRNYA TERBIT JUGAAA!!!”
Eitt! Tapi yaa nggak kayak gitu juga kalee.. Cukup dengan bersyukur kepada Allah SWT dengan mengucapkan :

“Alhamdulillah... Terima kasih atas rahmatMu. Semoga bisa menjadi yang lebih baik lagi ke depannya.”


21 Oktober 2014, aku lihat cover “A Secret Bestfriend” sudah dishare di akun Facebook dan Twitternya kak Benny Rhamdani. Duh senengnyaa, jadi nggak sabar buat megang bukunya :D


28 Oktober 2014, Pak Pos datang ke rumah untuk mengantar kiriman (ya iyalah kiriman, apa lagi coba? xD). Dan ternyata, paket itu ditujukan padaku. Melihat ukurannya yang cukup tebal sepertinya aku sudah bisa menebak apa isinya. Tanpa menunda waktu, aku langsung membuka pembungkusnya, dan ...
Taraaa!!! Bukti terbit “A Secret Bestfriend” sudah ditanganku. Seneng bingittt rasanyaaa (Lebay! ._.)
Setelah itu, aku membuka pembungkus plastik salah satu dari kelima buku itu. Semua orang yang ada disekitarku saat itu pun dibuat penasaran dan ingin melihat isinya. Belum sempat aku buka halaman apa saja yang ingin aku lihat, langsung direbut Kakak. Huh! Rada sebel sih, tapi sabar ajalah. Nanti juga kan bisa bebas bacanya. Orang aku sendiri yang nulis kok, pasti udah tahu isinya juga. Hehe.. :D

***

Kalo mau jujur sih ya, cerita tentang geng Forever Five Girls ini sebenarnya berasal dari kisah persahabatanku saat masih duduk dibangku Sekolah Dasar dulu. Tapi nggak seluruhnya sih yang nyata. Hanya beberapa nama tokoh yang memang orangnya ada. Aku hanya ingin membagi kisah persahabatan yang pernah sempat aku rasakan semasa sekolah formal dulu. Persahabatan menurutku sangat indah, bersama dengan orang-orang yang sayang padaku walau dengan apapun keadaanku. :’)

Aku harap, karya tulisanku yang ketiga ini dapat menjadi inspirasi serta motivasi buat kalian-kalian yang juga mempunyai hobi menulis, serta memiliki impian menjadi seorang penulis.

***

‘Aku’ Dan Dunia Menulis

Tak ada karya yang abadi selain dengan tulisan. Kita tak akan pernah tahu siapa pahlawan, siapa ilmuwan, siapa negarawan kalau bukan dari tulisan kumpulan sejarah. Atau, bahkan siapa nama Orang tua dan nama kita sendiri kalau bukan dari tulisan di akte kelahiran :D Karena dengan menulis aku bahagia, dengan menulis aku merasa lega, dan dengan menulis aku bisa mencurahkan semuanya.

Perkenalkan, nama aku Winda Aulia Saad. Biar lebih mudah panggil aja aku Lhia. aku lahir kurang lebih 19 tahun yang lalu di kota Dili, Timor Leste. Sekarang ini aku tinggal dan menetap di kota asal kedua Orang tua, di Makassar.

Sejak kelas 4 SD, aku suka banget sama pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Namun pada saat itu aku belum ada tertarik untuk membuat karangan cerita. Barulah setelah lulus SD aku mulai menulis beberapa cerpen dan puisi. Awalnya aku tulis dibuku catatan karena belum punya Laptop. Setelah ada Laptop, baru deh aku mulai aktif di dunia menulis, dan mulai mencoba untuk membuat cerita panjang atau yang biasa disebut novel.

Aku mulai menulis novel sekitar tahun 2008/2009 lalu, pada saat umurku 13/14 tahun (agak telat juga sih). Namun, naskah novel pertama yang aku tulis merupakan cerita anak-anak dibawah 12 tahun dan nggak cocok untuk seri remaja. Jadi, aku buat lagi cerita yang persahabatan di lingkungan anak-anak SMP dan SMA. Dan akhirnya, setelah 5 tahun berlalu, terciptalah naskah Galaneon And Friends, lalu Pangeran Mimpi Zera, kemudian A Secret Bestfriend, dan dua naskah berikutnya.

Alhamdulillah ... :)
***

Pesanku buat kamu yang hobi menulis

Kalau kamu mempunyai impian jadi penulis, harus berusaha dan yakin dengan apa yang kamu tulis. Jangan takut tulisannya jelek dulu, yang penting jadi satu karya. Hasil ceritanya memuaskan atau tidak kan tergantung penulis itu sendiri. Kalau baru menulis beberapa baris aja trus langsung dihapus lagi kan sayang banget tuh pikiran kita. Udah capek-capek mikir tapi malah dihapus. Kalau masih dirasa kurang menarik, nanti kan bisa diakumulasikan dengan alur cerita yang lebih baik lagi.

Yang jelas harus PEDE dengan tulisan sendiri. Apa yang menurut kita jelek, kan belum tentu jelek bagi orang lain. Semangatt!!
 

Suara Hatiku Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates