Semangat
dan Inspirasiku
(Winda Aulia Saad)
Namaku
Aulia. Aku lahir 18 tahun yang lalu di kota Dili, Timor Timur (Timor Leste)
pada tanggal 19 Februari 1995, yang juga tepat pada hari ke-19 puasa Ramadhan
kala itu. Dan disaat usiaku 4 tahun, konflik yang saat itu tengah memanas di
Timor Timur pun mengharuskan kami untuk pindah ke kota Makassar, Sulawesi
Selatan, dan menetap di kota tersebut hingga saat ini.
Sebenarnya,
sejak kecil hingga usia 12 tahun, aku mempunyai nama sapaan Indah. Tapi nama
itu akhirnya diganti karena sebuah penyakit langka yang aku derita sejak usiaku
menginjak 12 tahun, sampai sekarang. Penyakit ini pun mengharuskanku untuk
belajar di rumah setelah lulus dari Sekolah Dasar beberapa tahun yang lalu.
Tapi aku tidak menyerah. Walau
pergerakanku semakin terbatas, karena secara perlahan semua persendianku
diserang kekakuan, tapi aku sangat bersyukur masih bisa melakukan banyak hal.
Aku masih bisa menulis, dan berkarya. Aku juga masih bisa berteman, dan juga
memberikan semangat dan motivasi untuk mereka.
Bicara soal semangat. Ada satu orang
yang selama ini selalu memberiku semangat. Seorang itu bagiku sangat baik,
rendah hati, cantik dan penuh kasih sayang. Orang itu tidak lain adalah Mamaku.
Sejak Papaku meninggal saat umurku masih 6 tahun, hanya Mamalah yang selama ini
selalu memberiku semangat untuk tetap berpikir positif dalam melakukan hal
apapun yang masih bisa kulakukan. Mama juga selalu mendukung karya-karyaku, dan
menjadi penyemangat disaat aku mulai terbawa oleh kondisiku, dan mulai merasa
putus asa.
Selain Mama, ada cukup banyak orang di
dunia ini yang telah menjadi inspirasiku. Ada orang dewasa, yang pastinya sudah
mempunyai banyak pengalaman dalam hidupnya, hingga anak-anak kecil yang usianya
jauh lebih muda dariku. Sebenarnya, masih banyak orang yang keadaannya bahkan
mungkin lebih parah, namun semangat hidupnya tak kalah dari orang-orang normal
dan sehat lainnya. Bahkan mungkin melebihi. Dan hal itulah yang membuat mereka
sering disebut sebagai seseorang yang istimewa, atau anak yang istimewa.
Aku juga sering berpikir, apakah aku
bisa seperti mereka? Orang-orang yang menjadikan semangat dan motivasi sebagai
prinsip hidup? Mungkin saja. Aku pun akan berusaha agar kelak aku bisa
membahagiakan Orangtua dan keluargaku.
Berbicara tentang anak yang istimewa,
ada salah seorang anak yang bagiku sudah menjadi inspirasi dan motivasiku sejak
beberapa tahun yang lalu. Aku sendiri sebenarnya belum pernah bertemu langsung
dengan anak ini. Tapi ada suatu saat yang membuatku menjadikannya sebagai sosok
inspirasi. Namanya Dewa. lengkapnya, Dewantara Soepardi.
Dewa lahir di Jakarta pada tanggal 21
Maret 2003. Dia terlahir prematur, dan kemudian didiagnosa mengidap sebuah
penyakit bernama brain injured (Cerebral Palsy tipe quadriplegia). Sejak
pertama kali melihatnya, waktu itu dalam sebuah acara anak-anak di televisi, aku
sudah tertarik dengan kehidupan yang dialaminya. Saat itu usianya kira-kira
baru menginjak 7 atau 8 tahun.
Menurutku, Dewa anak yang cerdas.
Meskipun saat itu ia belum dapat berbicara, namun ia tetap dapat berkomunikasi
walau hanya dengan bantuan sebuah alat yang berisikan huruf-huruf dan angka. Ia
tinggal menunjuk satu demi satu huruf yang akan digabungkan menjadi satu kata
maupun kalimat.
Cerebral Palsy. Nama penyakit ini
memang sudah tak asing lagi bagiku. Aku mengetahui jenis penyakit tersebut
melalui sebuah koran yang tak sengaja terbaca oleh Mamaku di kantornya, lalu
kemudian diperlihatkannya padaku. Kata pertama yang kuucapkan setelah membaca
sekilas tentang penyakit itu adalah “Apakah aku juga pengidap Cerebral Palsy?”.
Namun tak ada yang mampu membuktikannya.
Setelah vonis kanker otot, dan
pengapuran otot yang dinyatakan dokter padaku, rasanya aku sudah tidak mau
ambil pusing lagi tentang penyakit apapun yang sedang merajalela ditubuhku ini.
Biarlah aku hidup apa adanya, dengan semangat dan kasih sayang dari orang-orang
yang menyayangi dan mencintaiku juga apa adanya. Itupun sudah membuatku sangat
bersyukur hidup di dunia ini dengan keadaan apapun yang diberikan Allah.
Bagaimanapun keadaanku sekarang, itu semua adalah anugerah dariNya. Pastinya
tetap harus kujalani dengan penuh rasa syukur.
Aku sangat bersyukur karena masih
diberi kesempatan oleh Allah untuk merasakan indahnya persahabatan. Bersekolah
di sekolah formal yang semuanya berisi anak-anak normal, bagiku penuh dengan
rintangan. Terkadang ada yang melihatku dengan wajah heran dan bingung, sampai
meledek kondisi fisikku yang tidak senormal mereka. Namun aku tetap bersyukur
karena masih mendapat sahabat-sahabat baik yang menyenangkan. Mereka selalu
menyayangi, dan menerima apapun keadaanku.
Kembali lagi ke Dewa. Tak bisa dipungkiri,
aku memang kagum padanya. Aku, yang diberikan kesempatan oleh Allah selama
hampir 12 tahun untuk hidup layaknya anak-anak normal lainnya, bersekolah di
sekolah formal bahkan favorit yang semuanya berisi anak-anak yang normal,
bahkan masih merasa bukan apa-apa. Sedangkan Dewa, dia mempunyai banyak impian
yang satu persatu berusaha ingin diubahnya menjadi nyata.
Setiap manusia pasti mempunyai impian
dan cita-cita, bagaimanapun kondisinya. Termasuk aku. Aku juga punya impian,
sama dengan yang lainnya. Cita-cita itu tak jauh dari hobiku yang gemar
menulis. Bagiku, dengan menulis, kita bisa mengungkapkan perasaan, dan
mencurahkan isi hati kita yang sebenarnya kepada orang lain. Buah pikiran
itupun bisa menjadi sebuah karya yang nantinya bisa lebih memotivasi diri kita
untuk lebih semangat lagi. Baik itu dalam kehidupan pribadi, maupun sosial.
Seperti yang lainnya, aku juga ingin
semua impianku terwujud. Bagiku, untuk menjadi seorang yang istimewa ternyata
bukanlah hal yang sulit. Salah satu kunci terbesarnya adalah, kita harus
bersyukur dengan keadaan apapun yang diberikan Sang Pencipta. Kita harus yakin,
bahwa Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang indah untuk kita. Jangan terpuruk,
dan jangan menyerah, apalagi putus asa. Semua pasti akan ada hikmahnya.
Teruslah berkarya, dan jadilah penerus bangsa!
***
0 comments:
Post a Comment