Thursday, July 11, 2013
Semangat mengikuti Lomba Menulis!
Author: Winda Aulia Saad
|
at:1:08 AM
|
Category :
Different Ability,
My Life Story
|
Wednesday, July 10, 2013
Semangat dan Inspirasiku
Author: Winda Aulia Saad
|
at:1:06 AM
|
Category :
My Life Story
|
Semangat
dan Inspirasiku
(Winda Aulia Saad)
Namaku
Aulia. Aku lahir 18 tahun yang lalu di kota Dili, Timor Timur (Timor Leste)
pada tanggal 19 Februari 1995, yang juga tepat pada hari ke-19 puasa Ramadhan
kala itu. Dan disaat usiaku 4 tahun, konflik yang saat itu tengah memanas di
Timor Timur pun mengharuskan kami untuk pindah ke kota Makassar, Sulawesi
Selatan, dan menetap di kota tersebut hingga saat ini.
Sebenarnya,
sejak kecil hingga usia 12 tahun, aku mempunyai nama sapaan Indah. Tapi nama
itu akhirnya diganti karena sebuah penyakit langka yang aku derita sejak usiaku
menginjak 12 tahun, sampai sekarang. Penyakit ini pun mengharuskanku untuk
belajar di rumah setelah lulus dari Sekolah Dasar beberapa tahun yang lalu.
Tapi aku tidak menyerah. Walau
pergerakanku semakin terbatas, karena secara perlahan semua persendianku
diserang kekakuan, tapi aku sangat bersyukur masih bisa melakukan banyak hal.
Aku masih bisa menulis, dan berkarya. Aku juga masih bisa berteman, dan juga
memberikan semangat dan motivasi untuk mereka.
Bicara soal semangat. Ada satu orang
yang selama ini selalu memberiku semangat. Seorang itu bagiku sangat baik,
rendah hati, cantik dan penuh kasih sayang. Orang itu tidak lain adalah Mamaku.
Sejak Papaku meninggal saat umurku masih 6 tahun, hanya Mamalah yang selama ini
selalu memberiku semangat untuk tetap berpikir positif dalam melakukan hal
apapun yang masih bisa kulakukan. Mama juga selalu mendukung karya-karyaku, dan
menjadi penyemangat disaat aku mulai terbawa oleh kondisiku, dan mulai merasa
putus asa.
Selain Mama, ada cukup banyak orang di
dunia ini yang telah menjadi inspirasiku. Ada orang dewasa, yang pastinya sudah
mempunyai banyak pengalaman dalam hidupnya, hingga anak-anak kecil yang usianya
jauh lebih muda dariku. Sebenarnya, masih banyak orang yang keadaannya bahkan
mungkin lebih parah, namun semangat hidupnya tak kalah dari orang-orang normal
dan sehat lainnya. Bahkan mungkin melebihi. Dan hal itulah yang membuat mereka
sering disebut sebagai seseorang yang istimewa, atau anak yang istimewa.
Aku juga sering berpikir, apakah aku
bisa seperti mereka? Orang-orang yang menjadikan semangat dan motivasi sebagai
prinsip hidup? Mungkin saja. Aku pun akan berusaha agar kelak aku bisa
membahagiakan Orangtua dan keluargaku.
Berbicara tentang anak yang istimewa,
ada salah seorang anak yang bagiku sudah menjadi inspirasi dan motivasiku sejak
beberapa tahun yang lalu. Aku sendiri sebenarnya belum pernah bertemu langsung
dengan anak ini. Tapi ada suatu saat yang membuatku menjadikannya sebagai sosok
inspirasi. Namanya Dewa. lengkapnya, Dewantara Soepardi.
Dewa lahir di Jakarta pada tanggal 21
Maret 2003. Dia terlahir prematur, dan kemudian didiagnosa mengidap sebuah
penyakit bernama brain injured (Cerebral Palsy tipe quadriplegia). Sejak
pertama kali melihatnya, waktu itu dalam sebuah acara anak-anak di televisi, aku
sudah tertarik dengan kehidupan yang dialaminya. Saat itu usianya kira-kira
baru menginjak 7 atau 8 tahun.
Menurutku, Dewa anak yang cerdas.
Meskipun saat itu ia belum dapat berbicara, namun ia tetap dapat berkomunikasi
walau hanya dengan bantuan sebuah alat yang berisikan huruf-huruf dan angka. Ia
tinggal menunjuk satu demi satu huruf yang akan digabungkan menjadi satu kata
maupun kalimat.
Cerebral Palsy. Nama penyakit ini
memang sudah tak asing lagi bagiku. Aku mengetahui jenis penyakit tersebut
melalui sebuah koran yang tak sengaja terbaca oleh Mamaku di kantornya, lalu
kemudian diperlihatkannya padaku. Kata pertama yang kuucapkan setelah membaca
sekilas tentang penyakit itu adalah “Apakah aku juga pengidap Cerebral Palsy?”.
Namun tak ada yang mampu membuktikannya.
Setelah vonis kanker otot, dan
pengapuran otot yang dinyatakan dokter padaku, rasanya aku sudah tidak mau
ambil pusing lagi tentang penyakit apapun yang sedang merajalela ditubuhku ini.
Biarlah aku hidup apa adanya, dengan semangat dan kasih sayang dari orang-orang
yang menyayangi dan mencintaiku juga apa adanya. Itupun sudah membuatku sangat
bersyukur hidup di dunia ini dengan keadaan apapun yang diberikan Allah.
Bagaimanapun keadaanku sekarang, itu semua adalah anugerah dariNya. Pastinya
tetap harus kujalani dengan penuh rasa syukur.
Aku sangat bersyukur karena masih
diberi kesempatan oleh Allah untuk merasakan indahnya persahabatan. Bersekolah
di sekolah formal yang semuanya berisi anak-anak normal, bagiku penuh dengan
rintangan. Terkadang ada yang melihatku dengan wajah heran dan bingung, sampai
meledek kondisi fisikku yang tidak senormal mereka. Namun aku tetap bersyukur
karena masih mendapat sahabat-sahabat baik yang menyenangkan. Mereka selalu
menyayangi, dan menerima apapun keadaanku.
Kembali lagi ke Dewa. Tak bisa dipungkiri,
aku memang kagum padanya. Aku, yang diberikan kesempatan oleh Allah selama
hampir 12 tahun untuk hidup layaknya anak-anak normal lainnya, bersekolah di
sekolah formal bahkan favorit yang semuanya berisi anak-anak yang normal,
bahkan masih merasa bukan apa-apa. Sedangkan Dewa, dia mempunyai banyak impian
yang satu persatu berusaha ingin diubahnya menjadi nyata.
Setiap manusia pasti mempunyai impian
dan cita-cita, bagaimanapun kondisinya. Termasuk aku. Aku juga punya impian,
sama dengan yang lainnya. Cita-cita itu tak jauh dari hobiku yang gemar
menulis. Bagiku, dengan menulis, kita bisa mengungkapkan perasaan, dan
mencurahkan isi hati kita yang sebenarnya kepada orang lain. Buah pikiran
itupun bisa menjadi sebuah karya yang nantinya bisa lebih memotivasi diri kita
untuk lebih semangat lagi. Baik itu dalam kehidupan pribadi, maupun sosial.
Seperti yang lainnya, aku juga ingin
semua impianku terwujud. Bagiku, untuk menjadi seorang yang istimewa ternyata
bukanlah hal yang sulit. Salah satu kunci terbesarnya adalah, kita harus
bersyukur dengan keadaan apapun yang diberikan Sang Pencipta. Kita harus yakin,
bahwa Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang indah untuk kita. Jangan terpuruk,
dan jangan menyerah, apalagi putus asa. Semua pasti akan ada hikmahnya.
Teruslah berkarya, dan jadilah penerus bangsa!
***
Friday, July 5, 2013
Tentang Dia, Sahabat Kecilku
Author: Winda Aulia Saad
|
at:12:47 AM
|
Category :
About Friendship,
My Life Story
|
Kau jauh melangkah
Melewati batas waktu
Menjauh dariku
Akankah kita berjumpa kembali
Sahabat kecilku
Masihkah kau ingat aku
Saat kau lantunkan
Segala cita dan tujuan mulia
Tak ada satupun masa
Seindah saat kita bersama
Bermain-main hingga lupa waktu
Mungkinkah kita kan mengulangnya
Tiada... tiada lagi tawamu
Yang selalu menemani segala sedihku
Tiada... tiada lagi candamu
Yang selalu menghibur disaat ku lara
Bila malam tiba
Ku selalu mohonkan Tuhan
Menjaga jiwamu
Hingga suatu masa bertemu lagi
Melewati batas waktu
Menjauh dariku
Akankah kita berjumpa kembali
Sahabat kecilku
Masihkah kau ingat aku
Saat kau lantunkan
Segala cita dan tujuan mulia
Tak ada satupun masa
Seindah saat kita bersama
Bermain-main hingga lupa waktu
Mungkinkah kita kan mengulangnya
Tiada... tiada lagi tawamu
Yang selalu menemani segala sedihku
Tiada... tiada lagi candamu
Yang selalu menghibur disaat ku lara
Bila malam tiba
Ku selalu mohonkan Tuhan
Menjaga jiwamu
Hingga suatu masa bertemu lagi
(Gita Gutawa - Sahabat Kecilku)
***
Lagu yang menyentuh ... mengingatkanku pada seseorang, di masa kecilku ... :')
Usiaku saat itu baru
menginjak 5 tahun. Setelah setahun sebelumnya aku dan keluargaku hijrah dari
kota Dili (Timor Leste) ke kota Makassar, dan tinggal di rumah yang pertama
(begitu aku menyebutnya), aku bersama Papa dan Mama pun pindah ke rumah yg
baru. Di rumahku yg kedua ini aku berteman akrab dengan seorang anak laki-laki
bernama ... hm, sebut saja dia Doni. Usianya masih sebaya denganku.
Sebenarnya pada saat itu Doni tinggal dan bersekolah di daerah
lain. Berhubung karena kedua Orang tuanya tinggal di Makassar, maka diwaktu
liburan sekolah dia pasti akan kembali ke Makassar untuk menghabiskan waktu
liburannya. Dan disaat liburan itulah, aku mempunyai cukup banyak waktu bebas
untuk bermain dengannya. Ditambah lagi dengan rumah kami yang berdekatan dan
Orangtua kami yang akrab, membuat kami lebih bebas bermain bersama hingga malam
hari.
Hingga pada suatu hari, sebuah kenyataan harus membuat kami
berpisah. Artinya, aku tidak akan bisa bermain dengannya seperti dulu lagi.
Setelah Papaku meninggal, aku dan Mama pindah ke rumah Nenek yang jaraknya
cukup jauh dari rumah itu. Dan yang membuatku sedih adalah, disaat aku pindah
itu Doni sedang tidak berada di Makassar, melainkan didaerah lain tempat ia
bersekolah. Aku tak sempat pamit padanya.
Dia sahabatku. Mungkin saat
itu kami tak pernah menyadarinya karena usia kami yang masih kecil, dan belum
memahami arti persahabatan. Tapi yang kusadari saat ini, setelah hampir 12
tahun kami tak pernah saling bertemu, ataupun sekedar berbicara lewat telepon,
Doni adalah salah satu teman terbaik yang pernah kumiliki dimasa kecil dulu.
Hanya satu
pertanyaanku. Apa dia masih ingat denganku? Entahlah. Meskipun mungkin tidak,
aku akan selalu ingat, dan menyimpan semua kenangan bersamanya ditempat yang
indah. ^^
***
Wednesday, July 3, 2013
Aku dan Sepatuku
Author: Winda Aulia Saad
|
at:1:04 AM
|
Category :
My Life Story
|
Aku dan Sepatu hitam karet bertali merah
Saat itu, sekitar tahun 2004. Aku masih
duduk di kelas 3 SD. Usiaku kira-kira baru menginjak angka 9 tahun. Aku
bersekolah di SDN Sudirman III. Salah satu SD Negeri favorit yang jaraknya
cukup jauh dari rumahku. Jika berangkat dengan menaiki angkot, waktu yang
diperlukan adalah 30 menit untuk sampai di sekolah tersebut.
Aku sangat senang dan bersyukur karena
walaupun kondisi fisikku tidak senormal anak-anak seusiaku yang lain, aku tetap
bisa diterima di sekolah formal yang umumnya berisi anak-anak normal yang tidak
memiliki kelainan fisik seperti diriku. Ya, sejak kecil, aku memang sudah
memiliki kelainan pada persendian di lutut kedua kakiku, dan juga leherku. Tapi
aku sangat bersyukur karena sejak usia Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Dasar,
aku tetap bisa bersekolah di Sekolah umum, dan mempunyai banyak teman dan
sahabat-sahabat yang menyayangiku, tidak pernah merasa risih dan
mempermasalahkan keadaanku, dan selalu menerimaku apa adanya.
Kisah aku dan sepatuku ini berawal dari
sepasang sepatu kesayanganku yang dibelikan Mama sejak aku kelas 3 SD dulu. Aku
sangat menyukai sepatu itu, sampai-sampai pada saat pelajaran olahraga yang
membuatku sangat aktif pun, aku memakainya karena terasa sangat nyaman
dikakiku.
Sepatu itu memang bukanlah merk
terkenal. Harganya pun tidak sampai beratus-ratus ribuan. Beralaskan karet
mentah, berwarna hitam, dengan tali berwarna merah zig-zag yang modelnya sangat
sederhana. Karena kondisi fisikku yang sejak kecil memiliki gerakan yang cukup
terbatas, Mamaku pun selalu memilihkan aku sepatu yang beralaskan bahan karet
mentah yang tidak licin sehingga tidak membuatku mudah jatuh karena kehilangan
keseimbangan, ataupun terpeleset di sekolah. Salah satunya adalah sepatu hitam
karet bertali merah yang kupakai saat duduk di kelas 3 dan 4 SD itu.
Suatu ketika, disaat Omku bersama Mama
datang menjemputku dengan mengendarai motor, aku diharuskan untuk duduk di
depan karena postur badanku yang gemuk tidak bisa duduk ditengah. Yang
menariknya adalah, kaki kananku yang sejak kecil memang sudah tidak bisa
dilipat tekuk, akhirnya terpaksa harus menginjak mesin motor yang luar biasa
panasnya. Hari itu mungkin ada sekitar dua tempat yang disinggahi Omku hingga
kami bertiga sampai di rumah.
Dan setibanya di rumah, aku pun
terkejut melihat alas sebelah kanan sepatu kesayanganku yang meleleh karena
panas dari mesin motor yang kupijak selama kurang lebih satu jam diperjalanan
itu. Untung saja, melelehnya tidak sampai menembus kakiku, sehingga sepatu
hitam karet bertali merah itu masih bisa kupakai ke sekolah di hari-hari
berikutnya. Dan walaupun sedikit aneh rasanya jika berjalan dengan sepatuku,
tapi aku berusaha untuk tidak mempedulikan kondisi itu. Bahkan, aku masih bisa
berlari-larian dengan sepatu kesayanganku itu.
Saat itu, lariku memang tidaklah cepat
seperti teman-temanku yang lain. Hal itu terjadi karena persendian di kedua
lututku yang tidak lentur seperti anak-anak lainnya. Tapi aku senang karena
masih bisa bermain dan berlarian bersama dengan teman dan sahabat-sahabatku,
dan juga karena sepatu kesayanganku yang beralaskan karet dan tidak licin. Alas
sebelah kanannya yang terlihat sudah meleleh karena mesin motor yang kupijak
setiap kali aku naik motor, ternyata tidak pernah sekalipun membuatku merasa
risih jika memakainya ke sekolah.
Sepatu itu memang bukan satu-satunya
sepatu yang kumiliki saat kelas 4 SD. Namun yang lebih sering kupakai ke
sekolah hanyalah sepatu hitam karet bertali merah itu. Aku memakainya hingga
naik ke kelas 5 SD. Dan disaat sepatu itu sudah terasa sempit di kakiku, walau
dengan berat hati, akhirnya sepatu kesayanganku itu pun disimpan, dan diganti
dengan sepatu lainnya, ataupun dengan sepatu baru yang pastinya dengan alas
yang berbahan karet.
Aku juga teringat disaat aku masih
duduk di kelas 5 SD. Setahun setelah aku memiliki sepatu hitam karet bertali
merah itu. Saat itu memang untuk pertama kalinya aku memakai sepatu yang tidak
biasa kupakai ke sekolah. Alasnya tidak berbahan karet mentah, dan menggunakan
tali yang harus diikat simpul. Tak biasa aku memakai sepatu itu. Namun karena
keadaan yang memaksa, aku pun memakainya walau hanya beberapa hari.
Waktu itu aku bermain lari-larian
bersama dengan teman-temanku di sekitar lapangan sekolah. Itu memang pertama
kalinya aku menggunakan sepatu itu untuk berlari. Dan akhirnya, setelah
beberapa menit berlarian kesana kemari, aku pun terjatuh disebabkan karena tali
sepatu yang kuinjak. Aku mendapatkan luka di banyak tempat di tubuhku. Mulai
dari lutut, kening, hingga dibawah hidungku pun berdarah karena luka tersebut.
Mulai dari saat itulah, Mama selalu
memilihkan aku sepatu yang tidak bertali, dengan alas yang tidak licin. Mama
tidak pernah mau membiarkanku memakai sepatu bertali, agar aku tetap bisa
merasa nyaman menikmati hari-hariku di sekolah bersama dengan teman-temanku.
Bisa berlari dengan bebasnya tanpa takut jatuh terpeleset. Aku pun bisa
mengerti dengan kekhawatiran Mama yang selalu berusaha melakukan yang terbaik
agar aku tetap bisa bermain dengan senang, dan tidak mudah jatuh lagi seperti
kejadian waktu itu.
Thank you Mom! I Love You :*
***
Tuesday, July 2, 2013
Hobiku Menulis Not Angka :)
Author: Winda Aulia Saad
|
at:12:54 AM
|
Category :
My Life Story
|
My Notbooks |
Aku gemar
menulis not angka. Yap, mungkin kalian sudah tahu itu. Tapi, bagaimana caraku
untuk menulis, mencari, dan menemukan not angka dari sebuah lagu? Dan bagaimana
awalnya aku dapat ide untuk mempostingnya di blog? Hm.. bingung juga sih
jelasinnya. Tapi aku akan menceritakan semuanya disini. Semoga bisa menjawab
pikiran kalian yang bertanya-tanya tentang ini ya kawan! :)
Aku mulai gemar
bermain pianika pada usia 11 tahun. Namun sebelum memegang pianika, aku hobi
memainkan seruling, atau yang kini biasa disebut dengan recorder.
Disore hari, aku
yang saat itu masih kelas 5 SD cukup sering memainkan serulingku di teras
rumah. Duduk-duduk santai di kursi teras, atau hanya sekedar berbaring di
lantai. Sambil melihat buku cetak KTK (Seni budaya) aku memainkan beberapa lagu
nasional dan daerah dengan serulingku. Karena waktu itu aku belum terpikirkan
untuk menulis not lagu, terkadang juga aku senang membuat tangga lagu melalui
aplikasi musik di handphone. Tapi, itu hanya selingan saja, karena aku pusing
melihat not-not balok yang banyak di aplikasi itu. Ribet juga, Hehe..
Musik pertama
yang paling aku hafal disaat bermain seruling adalah :
sol mi mi, fa re
re, do re mi fa sol sol sol … sol mi mi, fa re re, do mi sol sol do … re re re
re re mi fa, mi mi mi mi mi fa sol …
sol mi mi, fa re
re, do re mi fa sol sol sol … sol mi mi, fa re re, do mi sol sol do …
Yap, saat itu
aku hanya hafal musiknya, tapi nggak pernah tahu lagu apa itu :D Omku yang
mengajariku juga gak pernah kasih tahu itu lagu apa.. Dan belakangan aku
ketahui, ternyata itu adalah musik dari sebuah lagu sunda yg judulnya "Abdi Boneka". Katanya sih, itu
lagu lama. Aku juga baru tahu pas denger ka Raffi Ahmad nyanyiin lagu itu di
YKS, hehe :D
Ini lirik lagunya :
"Abdi teh ayena, gaduh hiji boneka
Teu kinten saena, sarang lucuna
Ku abdi dierokan, erokna sae pisan
Cing mangga, tingali boneka abdi"
Teu kinten saena, sarang lucuna
Ku abdi dierokan, erokna sae pisan
Cing mangga, tingali boneka abdi"
Yang Artinya:
"Saya tuh sekarang, punya sebuah boneka
Tak terkira bagusnya, juga lucunya
Saya pakaikan baju, bajunya bagus sekali
Silakan, dilihat boneka saya "
Selain musik itu,
waktu masih belajar seruling aku juga suka mainin ini :
Do re mi, do mi
do mi … mi, re fa fa mi re fa … mi, fa sol, mi sol mi sol … fa, sol la la sol
fa la …
Sol, do re mi fa
sol la … la, re mi fa sol la si … si, mi fa sol la si do …
Do si la, fa si
sol do … do re mi fa sol la si do … sol do
Kenal lagu itu? Gampang
kok! Tebak aja sendiri ya.. hehe, skali2 gitu ada tebakan dipostinganku :D
Okey, lanjut
lagi, yaa! :)
Dan … setelah
Mama membelikanku sebuah pianika, aku jadi lebih sering bermain musik. Itu
rutinitasku setiap hari jika merasa bosan bermain sendirian di rumah. Dengan
bermain pianika atau seruling di teras rumah, terkadang juga temanku suka
datang dan menemaniku bermain musik.
Jika Omku
(adiknya Mama) ada waktu luang, di masa-masa itu aku juga cukup sering bermain
pianika dengan diiringi musik gitar darinya. Aku memainkan not dasar liriknya,
sementara Omku itu mengiringinya dengan permainan gitarnya, dan kadang-kadang
juga dia jadi vokalis dadakan :D Meskipun kadang nyambung kadang enggak,
permainan musik itu terasa menyenangkan, karena kami bisa saling berbagi dan
menyatukan sebuah lagu.
Mau tau, lagu
pertama yang aku pelajari dengan pianika? Lagu yang selain lagu nasional dan
lagu daerah yang sudah biasa aku mainkan dibuku KTK. Lagu yang menurutku paling
gampang dihafal, yaitu lagu : Ungu - Andai Ku Tahu, lagu Gaby - Tinggal
Kenangan, dan Repvblik – Hanya Ingin Kau Tahu. Ketiga lagu yang memang saat itu
lagi hits-hitsnya.
Setahun
kemudian, aku naik ke kelas 6 SD. Dan disitulah aku mulai aktif bermain musik
di sekolah. Terkadang aku membawa seruling, kadang juga pianika ke sekolah. Dan
pastinya, aku yang di kelas 6A juga ikut bermain pianika bersama teman-teman
sekelasku, saat upacara bendera tiap dua minggu sekali. Karena tiap hari senin memang
harus bergantian dengan teman-teman di kelas 6B.
Oh ya, setelah
lulus SD, aku sempat berhenti bermain pianika selama beberapa bulan. Karena
sudah lama tidak menggunakannya, pianika itu pun aku berikan pada seorang adik
sepupuku yang saat itu masih kelas 6 SD. Kegemaranku akhirnya pindah haluan ke
jalur seni lainnya yaitu “melukis”.
Dan disaat ulang
tahunku yang ke-14, Mama memberiku kejutan dengan membelikanku sebuah Keyboard
yang ukurannya cukup besar. Berkali-kali lipat dari pianika. Awalnya aku hanya
ingin sebuah piano kecil seukuran pianika, yang menggunakan baterai karena aku
capek jika harus meniup. Lagipula, harganya juga berkali-kali lipat dari
pianika. Tapi, Mamaku mengerti dengan hobiku semasa SD dulu yang telah hilang.
Ia pun tahu aku sangat ingin mempunyai keyboard, atau piano besar. Namun aku
juga tak pernah mau membuatnya susah. Dan akhirnya, Mama tetap membelikanku
keyboard itu. Terima kasih, Mama :*
Oiya, ada satu
cerita lucu saat aku bosan bermain pianika karena capek meniupnya. Aku masih
ingin memainkannya, tapi nafasku yang seakan tak ingin aku meniupnya.
Melihatku yang kecapean,
Omku yang sering menemaniku bermain sambil dia juga memainkan gitarnya itu pun
mempunyai ide dengan cara memasangkan balon diujung selang pianika tersebut.
Hahaha … dan benar juga, pianika itu bisa berbunyi setelah Omku meniup balon
gede-gede, lalu memasangnya di ujung selang pianika. Tapi akhirnya, Omku itu
juga yang capek kehabisan nafas untuk meniup balon. :D
Nah! Setelah
akhirnya bisa punya keyboard, mulai deh, aku hobi lagi bermain musik. Awalnya
sih, aku hanya iseng menulis not angka lagu dibuku catatanku. Hanya sekedar
nulis, supaya aku nggak lupa lagi sama notnya. Lagu pertama yang aku tulis
notnya adalah lagu religi Ungu - Andai Ku Tahu, dan selanjutnya lagu religi
Ungu yang lainnya. Hanya lagu-lagu yang kusuka, yang bagiku cukup mudah untuk
dicari not angkanya.
Kalau ditanya
cara untuk mencari not angka itu, aku juga bingung untuk jelasinnya. Tapi yang
terpenting adalah, kita harus tahu dimana letak nada doremifasollasido-nya,
termasuk juga yang tuts hitamnya (blacknot). Meski tanpa angka dimasing-masing
tuts seperti di pianikaku dulu, aku sudah tahu dimana letak ke delapan
nada-nada tersebut pada keyboard. Dan karena itu, sejak awal aku tak ingin
mencoret angka pada tuts-tuts keyboard itu. Hanya menempelkan beberapa stiker
kecil untuk menandakan dimana letak nada “do”, itu sudah cukup bagiku untuk
siap mencari not angka lagu.
Jujur, aku belum
mengerti dan belum bisa memainkan chord. Kenapa? Yaa karena kedua tanganku
kaku, aku hanya bisa bermain piano dengan sebelah tanganku (lima jari). Kadang juga
aku mencobanya, tapi susah hafalinnya. Karena itulah, aku tidak pernah
menyertakan chord pada not-not angka yang aku tulis. Hanya menambahkan kunci
nada dasarnya saja. Mungkin, itu sudah cukup untuk teman-teman yang masih
pemula.
Sekitar
3 tahun yang lalu, kira-kira tahun 2010, aku dapat ide untuk me-scan
catatan not lagu yg aku tulis itu. Dapatnya dari mana? Aku gak tahu
juga, hehe.. Awalnya aku hanya iseng2 mencoba alat scanner printerku,
lalu kulihat gambarnya dalam format jpg. Gambarnya bersih dan jelas,
tulisanku juga lumayan bisa dibaca. Jadi aku coba untuk menguploadnya ke
blogku yang isinya masih beberapa artikel catatanku. Dan ...
Alhamdulillah, banyak juga yang suka karyaku. Malah lebih banyak yang
request.
Meski
not angka yang lagunya pertama kali aku tulis yaitu Ungu - Andai Ku
Tahu, tapi postingan not angka yang pertama ku upload adalah 2 lagu
Hijau Daun yg judulnya "Suara (Ku Berharap), dan Cobalah. Catatan not
lagu itu berasal dari notbook ku yang kedua, setelah yg gambar Mickey
Mouse ini.
<- Ini adalah
notbook pertamaku, yang lagu-lagu awal hanya kutulis dengan menggunakan pensil
agar lebih mudah dihapus jika ada yang salah. Barulah kemudian dipertengahan
halaman aku menulis lagu dan notnya dengan menggunakan pulpen.
Dan sampai saat
ini, sudah ada 13 notbook plus beberapa lembar kertas binder yang telah penuh
dengan tulisan lagu dan catatan not lagu yang awalnya aku cari menggunakan
pianika, lalu kemudian memakai keyboard.
Entah
hanya sekedar hobi atau pengusir
rasa bosan, tapi aku merasa senang bisa melakukannya. Aku bersyukur
dengan apa yang
kumiliki saat ini. Meski dengan tangan yang kaku, aku masih bisa
memegang pena dan menulis. Aku juga senang karena karyaku ini bisa
membantu teman-teman
yang terkendala saat mencari not angka lagu. Dan semoga, kedepannya aku
bisa
menjadi lebih baik lagi. Amiinn … allahumma amiinn … :)
Subscribe to:
Posts (Atom)