Welcome
2019!!
Tak terasa,
tahun 2018 telah berakhir. Tahun yang penuh kenangan, entah itu baik ataupun
buruk, yang jelas aku merasa sangat bersyukur bisa melalui semua itu dan masih
diberi anugerah menghirup nafas hingga detik ini. Alhamdulillah... :)
Kalau bicara
soal suka duka apa yang kualami di sepanjang tahun 2018 lalu, mungkin aku hanya
bisa cerita sedikit. Karena sebagian besar waktuku hanya di rumah, dan jika
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini aku cukup minim kegiatan.
Mengapa
disebut kegiatanku jadi lebih sedikit? Itu karena pergerakanku yang semakin
terbatas. Ada beberapa hal yang di tahun-tahun sebelumnya masih mampu dengan
mudah kulakukan, secara perlahan namun pasti, mulai tidak bisa kulakukan lagi
bahkan sejak awal tahun 2018 yang lalu.
Januari
2018, kekakuan yang selama beberapa tahun terakhir ini diam, menghilang seolah
ber-hibernasi, kembali menyerang anggota tubuhku secara bertahap.
Diawali
dengan lutut kananku, yang diserang pembengkakan dan rasa nyeri luar biasa.
Rasa yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, yang seringkali membuatku
susah tidur.
Beberapa
bulan kemudian setelah bengkak dan rasa nyeri itu berangsur hilang, lutut
kananku yang sebelumnya memang sudah kaku setengah (tidak bisa dilipat/tekuk),
kini bahkan tak bisa lagi ditekuk setengah, bahkan nyaris lurus. Namun meski
begitu, aku tetap bersyukur karena masih bisa menggerakkannya walaupun sedikit.
Memasuki
bulan keempat di tahun 2018, kekakuan itu kembali menyerang pergelangan kaki
kiriku, yang otomatis membuatku tak mampu lagi untuk bangkit berdiri sendiri
tanpa dibantu. Berbagai kegiatan yang biasanya mudah kulakukan pun, sudah tak
mampu lagi kulakukan sendiri.
Sedih? Itu
pasti. Secara, hal-hal yang sebelumnya masih mampu kulakukan sendiri, sejak
saat itu, secara resmi sudah tidak bisa kulakukan lagi tanpa bantuan orang
lain.
Berat?
Jelas, bahkan sangat berat. Yang tadinya aku masih bisa mengambil sendiri
sesuatu yang jauh dari jangkauanku dengan cara berdiri dan sedikit berjalan,
kini benar-benar sudah tidak bisa lagi.
Bohong
rasanya kalau aku merasa baik-baik saja. Sebaliknya, aku merasa semakin tak
berdaya dengan kondisi ini. Rasanya seperti ada sesuatu yang hilang, dan aku
pun memahami sesuatu itu bernama “Kemampuan” yang kuakui kesedihan karenanya sangat
sulit aku lupakan.
Tapi
menurutku, memangnya harus semua rasa itu ditunjukkan dengan sikap yang egois
dan emosional? Perlukah semua rasa itu diungkapkan secara lantang dan penuh
emosi dengan cara mengamuk, marah, atau bahkan sampai menangis?
Justru
sebaliknya. Aku tetap berusaha untuk optimis, husnudzon, dan hanya ingin
menyebutnya sebagai anugerah. Sebuah anugerah, yang membuatku belajar untuk
lebih kuat dan tegar menjalani hidup, sesulit apapun itu. Dengan begitu, semua
perubahan yang kualami ini akan terasa seperti hal yang biasa saja.
Selama tahun
2018 kemarin, seperti yang kukatakan diawal tadi, kegiatan yang bisa kulakukan
sendiri menjadi semakin sedikit. Tak terkecuali menulis not angka lagu, yang
telah menjadi kegemaran sekaligus aktivitas rutinku sejak beberapa tahun
sebelumnya.
Sebuah
insiden beberapa waktu lalu membuat tanganku semakin kaku dan mulai sulit untuk
menulis dibuku. Insiden yang cukup membuatku terkejut, namun bukan berarti setelahnya
membuatku tidak bisa mencari not angka lagi.
Tapi kalau
soal postingan di blog, untuk lagu-lagu terbaru mungkin sudah tidak bisa lagi
kutuliskan, kecuali jika memang ada yang mau order langsung via chat di
whatsapp.
Selain
karena kondisi tanganku yang semakin sulit menulis, ada alasan lain yang
membuatku mengurangi kegiatan mencari atau menulis not lagu. Alasan itu cukup
kuat, namun tak bisa kuceritakan di sini. Mungkin saja kalian bisa menebaknya.
Yang jelas,
diluar semua itu aku hanya ingin berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi
meski ditengah kondisi yang terbatas ini, dalam segala hal yang lebih baik
pula. :)
***
Kesulitan
itu datang bukan untuk membuatmu menyerah. Namun justru keadaan itu ingin
melihat apakah dirimu masih punya kekuatan untuk sekedar bangkit dan
melawannya. Karena, kekuatan itu berasal
dari dalam dirimu yang sebenarnya. Kau bisa memilih untuk menyembunyikan, atau
menghadirkannya dalam hidupmu.
Tak akan
pernah ada kekuatan jika kita hanya menunggu seseorang, atau sesuatu. Tak akan
pernah ada keikhlasan jika kita hanya bergantung pada situasi, atau kondisi.
Karena, sosok yang paling mendukung itu sebenarnya ada di dalam diri kita
sendiri. Baik itu berasal dari naluri, hati, maupun pikiran kita sendiri.
Untuk itu,
Semangat! Jangan menyerah pada kondisi, dan jangan salahkan situasi maupun
orang lain. Beberapa diantara mereka mungkin beruntung karena memiliki teman
yang peduli, fasilitas yang serba ada, ataupun situasi yang mendukung. Namun
tetap saja, mereka takkan mampu menikmati semua itu jika belum bisa melawan
diri sendiri.
Tidak ada
manusia yang sempurna. Karena yang difabel pun memiliki hak yang sama dengan
mereka yang nondifabel. ❤
*NB :
Catatan ini sebenarnya juga saya buat sebagai pengingat untuk diri sendiri. Dan
untuk kalian, semoga bermanfaat! :)
0 comments:
Post a Comment