Monday, May 12, 2014

Ankylosing Spondilitis. Whatt?!!

Hai kawan! Rasanya udah lama banget nggak nulis blog. Mumpung lagi ada mood untuk curhat (ciee curhat xD), yaa daripada suntuk mending ditulis aja kan.

Sebenarnya ini udah sebulan yg lalu. Tapi nggak apalah cerita aja. Mumpung masih ingat :D

Setelah shalat maghrib aku bersama Mama dan Tante berangkat ke sebuah Rumah Sakit yg bernama RS Awal Bros (Makassar). Yang sakit siapa? Siapa lagi kalau bukan aku, haha. Aku sakit apa? Nanti aja jelasinnya ya!

Awalnya sih, aku kira kedua adik sepupuku (Inna dan Faiz) ikut juga, seperti seminggu sebelumnya. Tapi ternyata Papanya mau mengajak mereka ke acara keluarga. Jangankan aku, mereka aja nggak tahu rencana Papanya itu. Nah, jadilah si Faiz yg masih 4 tahun itu menangis dan mengamuk karena nggak dibolehin Papanya ikut naik taksi bareng aku, Mamaku dan Mamanya dia.

Okey, lepas dari masalah itu, setelah beberapa menit akhirnya taksi itu sampai juga di Rumah Sakit. Sebelum itu diperjalanan aku merasa sedikit takut dengan apa yang kudengar nanti dari Dokter. Tapi aku berusaha keras untuk tetap enjoy dan santai. Toh, aku kan juga pernah mengalami ini sebelumnya. Bedanya, kondisiku pada saat itu belum separah sekarang.

Berhubung karena sebelumnya Mama sudah mendaftarkanku, jadilah kami (Aku, Mama dan Tante) harus menunggu. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya Dokter itu masuk ke ruangannya, sementara aku dapat antrian nomor 8. Huft, harus nunggu lagi dong!

Tak terasa, karena keasyikan nonton video “GGS the Musical” di android, akhirnya namaku pun dipanggil. Aku, Mama dan Tanteku pun segera masuk ke ruangan Dokter itu. Mulailah Mama diminta Dokter menjelaskan tentang aku, riwayat penyakitku, dan bla bla bla.. Sementara aku hanya bisa terdiam mendengar percakapan mereka.

Setelah mendengar penjelasan Mama, Dokter pun mulai memeriksa hasil CT-scan ku beberapa waktu sebelumnya. Jangankan Dokter itu, pertama kali aku melihat hasil CT-scan itu sempat ngeri sendiri. Soalnya tulang punggungku udah nggak lurus lagi. Dan tak hanya itu, katanya selain bengkok tulang punggungku juga berbelok cenderung ke arah kanan. Aku pun memahami maksud Dokter itu, karena aku sendiri yang merasakan sakitnya.

Selanjutnya, Mamaku bertanya solusi apa yang bisa diusahakan terhadap kondisiku yang seperti itu.

***

Sekedar flashback nih! Di awal tahun 2007 lalu, saat usiaku 12 tahun kurang sebulan atau lebih tepatnya pada waktu liburan kelas 6 SD semester 2, secara tiba-tiba persendian dipangkal kaki kiriku diserang kekakuan otot. Dengan kata lain, aku tidak bisa meluruskan sebelah kakiku itu. Saat berjalan, aku sedikit membungkuk karena mengikuti posisiku kakiku yang kaku itu. Bahkan, saat di sekolah pun aku lebih sering pura-pura berlari agar teman-teman yang melihatku tidak melihat ada keanehan pada diriku.

Seiring waktu, kekakuan itu kembali menyerang persendianku. Kali ini terjadi pada lengan kananku yang kaku. Bukan susah lagi, tapi sudah tidak bisa diluruskan. Tepatnya pada persendian bahu lalu kemudian siku. Ya, tangan kanan. Tangan yang selalu mudah kupakai untuk menulis, menggambar, makan, dan kegiatan lainnya. Namun aku tetap bersyukur karena kelima jari kananku masih bisa memegang pena dan tanpa ada rasa sakit.

Sejak tangan kananku kaku, sudah pasti aku mengalami sedikit kesulitan saat menulis, menggambar, serta makan dengan sendok. Terkadang aku harus disuapi Mama saat makan, dan meminta tolong pada sahabatku di sekolah untuk mencatatkan soal-soal ujian dipapan tulis yang hanya jawabannya saja yang dikumpulkan.

Setelah lulus SD, aku pun memilih untuk belajar di rumah saja. Berhubung juga karena kekakuan otot itu sudah menyerang beberapa persendianku yang lain mulai dari pangkal kaki kanan, lalu beberapa bulan kemudian barulah bahu dan siku tangan kiriku, serta rahangku. Karena sejak di vonis kanker otot oleh seorang Dokter ahli syaraf waktu aku masih kelas 6 SD itu, keluargaku memutuskan untuk mengambil pengobatan alternatif untukku. Jadilah aku hanya stay di rumah, belajar sambil menjalani beberapa pengobatan alternatif seperti physiotherapy, terapi urut, herbal, suplemen makanan, dan lainnya.

***

Okey, kembali ke cerita sebelumnya. Dengan nada bicara yang santai, Dokter itu menjawab pertanyaan Mama. Mungkin karena ada aku disampingnya, ia tidak ingin membuatku cemas ataupun kepikiran dengan ucapannya nanti.

Kesimpulan dari apa yang dijelaskan Dokter itu. Sebenarnya masih ada cara lain untuk memperbaiki posisi tulang panggul yg retak yaitu memasang sendi buatan. Tapi menurutnya akan lebih fatal jika tindakan itu dilakukan terhadapku, karena biasanya alat tersebut digunakan untuk orang dewasa diatas usia 40 tahun dan tidak produktif lagi, sedangkan aku baru 19 tahun. Jika tindakan tersebut dipaksakan, Dokter khawatir aku akan merasa lebih sakit lagi daripada sakit yg kurasakan hari-hariku sebelumnya.

Akhirnya, setelah berkali-kali melihat hasil ct scanku sambil menjelaskan, Dokter pun memberi tahu jenis penyakit yg menyerang tubuhku. “Ankylosing Spondilitis” namanya. Sebuah kelainan pada sendi yg berakibat pada pergerakan otot serta tulang belakang. Lebih jelasnya bisa kalian baca DISINI.

Mama pun menerima keputusan Dokter dan memutuskan untuk mencari alternatif lain. Aku hanya bisa tersenyum. Memangnya apalagi yg bisa kulakukan selain tersenyum? Nangis, gitu? Ya enggaklahh!! Dan setelah kurang lebih 20 menit didalam ruangan Dokter, kamipun keluar dan bersiap untuk pulang.

Sampai di rumah, aku coba searching di google tentang penyakit itu. Ternyata, hampir semua yg dijelaskan sama persis dengan kondisiku bahkan sejak kecil. Mulai dari kekakuan pada sendi panggul, hingga seluruh persendian dibagian tubuh, serta membengkoknya tulang punggung diusiaku yg beranjak remaja.

Kalo dipikir2, bener juga ya! Sejak kecil, kelainan itu memang sudah terlihat jelas pada leher dan kedua persendian dilututku. Lambat laun aku pun mengerti semua maksud dari penjelasan itu. Memang sih, sakit itu nggak enak. Tapi mau bagaimana lagi? Harus tetap semangat dong pastinya.

Oh iya, sebelum keluar dari ruangan Dokter spesialis tulang tadi, Dokter itu sempat berpesan padaku untuk selalu sabar dan jangan pernah menyerah! Aku pun tersenyum lalu mengiyakannya. Aku tahu, Allah selalu punya cara untuk menunjukkan kasih sayangNya pada setiap makhluk ciptaanNya di dunia ini. Dan penyakit ini, mungkin salah satu wujudnya yang diberikan padaku bahkan mungkin sejak bayi, namun hingga usiaku 12 tahun aku tak pernah sekalipun menyadarinya.

***

Sejak awal tahun 2007 hingga saat ini. Semua kegiatan yang masih bisa kulakukan aku usahakan untuk melakukannya sendiri. Segala bentuk karya mulai dari gambar, lukisan, origami, papercraft, not angka hingga novel pun telah tercipta seiring kondisiku yang semakin terbatas. Aku tak ingin semua kekakuan otot dan sendi ini membuatku lemah dan tak bisa apa-apa. Selama tanganku masih bisa bergerak, aku akan terus menulis dan berkarya. Hasilnya memuaskan atau tidak, tergantung dari diri kita sendiri yang menghargai karya hasil dari usaha itu. Kalau masih dirasa kurang, jangan pernah berhenti mencoba dan berusaha plus berdoa. Pasti ada jalannya. Be yourself aja! ;)


Mengutip sedikit lirik lagu dari Super 7 - Ora Et Labora :

“Kau pasti bisa, asalkan mau.”

“Jangan pernah menyerah sebelum kau coba untuk berusaha.
Raihlah cita-cita selagi kau bisa janganlah menyerah."

“Berdoa berusaha itulah namanya Ora Et Labora!”

0 comments:

Post a Comment

 

Suara Hatiku Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates