Hari ini, tanggal 26 Mei 2001, atau lebih tepatnya 20 tahun yang lalu. 🌩️🌩️
Sebuah awal dari perjuangan hidup yang sebelumnya bahkan tak pernah terlintas dibenak kami saat itu.
Terlebih aku, yang kala itu hanya seorang bocah 6 tahun yang masih belum mengerti apa-apa tentang hidup dan mati seseorang. Dan juga Mama, yang mau tak mau harus menghadapi kenyataan menjadi seorang single parent diusianya tergolong masih muda.
Dua hari adalah waktu yang cukup singkat, bahkan sangat singkat bagi kami untuk menerima takdir ini dan harus rela melepas kepergian Papa untuk selama-lamanya.
Dunia serasa runtuh seketika, saat kami harus kehilangan satu-satunya orang yang telah menjadi pelindung dan pemberi semangat, kebahagiaan, serta keceriaan dalam hidup ini dalam waktu yang sesingkat itu. 😢
Masih teringat jelas saat aku terakhir bertemu Papa dalam kondisi sehat dan segar bugar, dengan senyuman cerianya yang tak pernah bisa kulupakan bahkan hingga detik ini.
Begitupun saat terakhir diberi kesempatan untuk mencium Papa ketika ia masih bernafas di Rumah Sakit, lalu kemudian di rumah duka setelah ia pergi. Entah mengapa, rasa geli dari kumisnya yang khas seolah membuatku lebih mudah untuk mengenang kembali saat-saat yang penuh kesedihan itu.
Jika boleh berandai-andai walau sejenak, andai saja Papa masih di sini, semuanya tentu akan terasa jauh lebih mudah.
Takkan ada perbedaan yang butuh ketegaran sekuat baja untuk bisa menghadapinya.
Takkan ada kesulitan yang berarti ketika harus melalui rintangan hidup yang berat.
Takkan ada pandangan sebelah mata maupun cibiran yang membuat mata dan telinga harus kebal.
Takkan harus ada halangan untuk sekedar menghindari kondisi yang lebih menyakitkan.
Dan masih banyak lagi yang rasanya cukup untuk dipendam di dalam hati saja. 🙂
Aku tahu, memang tak sepantasnya untuk memikirkan semua hal tentang itu. Berbagai ujian kehidupan yang berhasil dilalui telah mengajarkanku untuk tetap bersyukur atas segala hikmah, nikmat dan karunia yang selalu diberikan Allah SWT bahkan hingga detik ini.
Begitupun Mama, yang juga selalu berusaha untuk tegar dan berpikir positif atas apapun yang terjadi dalam hidupnya. Rela berjuang sekuat tenaga demi kehidupan kami agar bisa lebih baik lagi meski tak ada lagi Papa disisinya, terlebih dengan kondisiku saat itu yang cukup terbatas.
Aku merasa sangat bersyukur memiliki ibu yang kuat dan tegar seperti Mama, yang selalu ada memberiku kekuatan meski harus menghadapi kenyataan untuk terus melanjutkan hidup dan tumbuh walau tanpa kasih sayang seorang Papa. 💖
Selain itu, aku pun berterima kasih karena kami masih dikelilingi banyak orang-orang baik yang selalu hadir memberi kekuatan dan semangat agar tetap kuat untuk terus melanjutkan hidup.
Karena seperti yang telah disebutkan dalam Al-Qur'an, bahwa apapun kesulitan yang dihadapi setelahnya akan selalu dibarengi dengan kemudahan. (QS:Al-Insyirah 5-6)
Dua puluh tahun adalah waktu yang sekiranya lebih dari cukup bagi kami untuk bangkit dari semua kesedihan yang telah dirasakan.
Namun tetap saja, jika mengingat kembali momen itu rasanya seakan baru terjadi kemarin. Diusianya yang tergolong masih sangat muda, ia harus meninggalkan kami untuk selamanya karena suatu penyakit yang terlambat diketahui keluarga. 💔
Benar-benar tak terlupakan bahkan olehku, yang masih terlalu kecil untuk memahami situasi yang terjadi saat itu. Berhubung karena 4 bulan sebelumnya juga aku telah kehilangan seorang adik laki-laki yang ternyata tidak selamat dalam kelahirannya. 😢
Allahummagfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu, lahul Fatihah...🤲
Al-Fatihah untuk Papa, dan juga adik. We miss you so much! 😊🌹
Alhamdulillah.. Meski hanya lewat foto, rasanya sudah cukup senang karena setidaknya masih bisa melihat makamnya saat ini, dan mendoakannya dari jauh. 😊💖