Hidup adalah Anugerah. Sesulit dan sesakit apapun yang harus dijalani, tetap adalah anugerah. Aku pun merasa demikian. Walau terkadang apa yang telah kualami rasanya sangat sulit untuk diterima, aku tetap berusaha untuk merasa bersyukur terlahir ke dunia fana ini. Yaa, meskipun aku tahu ini sementara, tapi tetap harus kujalani dengan semangat dan optimis.
Aku memang tidak seperti kalian yang memiliki fisik normal
dan sehat. Aku mempunyai kekurangan, yang mungkin jarang dimiliki anak-anak
ataupun remaja seusiaku lainnya. Sejak kecil, aku memang sudah terlihat berbeda
dengan teman-teman yang seusiaku. Terlihat jelas pada kondisi fisikku, serta
otot dan persendianku yang tidak memiliki kelenturan yang berarti. Aku tidak
bisa berenang, berlari cepat, dan melakukan berbagai jenis permainan yang
begitu mudahnya dimainkan oleh teman-temanku. Tapi aku tidak pernah merasa
berbeda. Meskipun tidak bisa berenang, bukan berarti aku tak bisa masuk kolam
renang. Bermain Volley air bersama teman-teman dan sahabat-sahabatku meskipun
hanya bisa diam ditempat, merupakan sebuah pengalaman tak terlupakan.
Ada satu kisah, di saat aku mengikuti pelajaran olahraga
berenang semasa masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Aku pernah nyaris
tenggelam karena kakiku hampir terpeleset di dalam kolam 2 meter. Aku tidak
mampu mengangkat kakiku. Bukan karena keram atau apa, tapi memang tidak bisa.
Untung saja waktu itu aku berpegangan erat pada tali pembatas kolam 1 meter
dengan kolam dewasa yang berkedalaman 2 meter lebih itu. tak ada yang melihat
kesulitanku saat itu. Hanya seorang dari temanku yang menyadarinya, tapi dia
tidak menolongku karena pada waktu itu ia jauh dari tempatku berdiri di dalam
kolam tersebut. Benar-benar menegangkan! Aku tidak bisa membayangkan jika saat itu
genggamanku terlepas dari tali pembatas itu. Mungkin saat itu juga aku akan
“lewat”, mengingat karena aku memang tidak bisa berenang. -_-“
Aku jadi teringat disaat aku bersama dengan teman-teman dan guru-guru TK/TPA Masjid berwisata ke Tanjung Bayam (Makassar). Saat itu kami (Aku dan teman-teman) berenang dan bermain pasir dipinggir pantai. Mama dan Omku sempat beberapa kali menyewakanku sebuah ban renang, tapi tetap saja aku tidak bisa menggunakannya dengan baik. Karena tubuhku tidak memiliki kelenturan, aku tak mampu untuk mengangkat dan mengayunkan kakiku di dalam air. Mamaku pun mengerti dengan keadaanku. Bukan karena Mama tidak tahu keadaanku lantas dia menyewakanku ban renang. Tapi karena Mama tidak pernah mau membiarkanku merasa berbeda dengan teman-temanku yang lain. Akupun sangat mengerti itu, meskipun saat itu usiaku baru menginjak 8 atau 9 tahun.
Oh ya, ada sebuah kejadian lucu pada saat itu. Saking
lucunya, aku bahkan tidak bisa melupakan kejadian ini. Yaitu disaat aku tengah
asyik-asyiknya bermain pasir ditepi pantai bersama teman-temanku. Waktu itu
semua keluargaku memang tengah bersantai di pondok sambil menikmati hidangan.
Dan disaat ombak mulai datang, aku langsung jungkir balik dengan kaki diatas
dan kepala dibawah. Hahaha.., Omku langsung menghampiri, menolong, dan
menertawakanku yang penuh pasir. Ya, memang rambutku penuh dengan pasir pantai
yang putih itu. Lantas, Omku pun segera membawaku ke tengah-tengah laut untuk
membersihkan tubuhku yang bahkan sampai didalam bajuku pun dipenuhi pasir
pantai. Aku hanya bisa pasrah dan terdiam, karena sebelumnya adalah hal paling
konyol yang tak pernah kusangka akan terjadi pada saat itu. :D
Sebenarnya, tanpa kusadari, kejadian lucu yang kualami saat
itu terjadi karena aku berbeda dengan anak-anak seusiaku lainnya yang bisa
dengan mudah menjaga keseimbangan tubuhnya. Tapi aku tidak bisa. Aku menyadari
hal itu, tapi entah mengapa aku menganggap semua itu lucu. Aku menganggap semua
orang yang saat itu tertawa, tengah tertawa bersamaku, bukan menertawakan keadaanku
yang malang karena rambutku yang panjang dan hitam serta wajahku dipenuhi
dengan pasir. Mungkin karena saat itu aku masih anak-anak, belum mengerti apa
itu perbedaan, dan belum memikirkan isi hati orang lain yang melihatku.
Semua kejadian yang dulu pernah aku alami, telah menjadi
kenangan yang indah. Meskipun itu memalukan, menyakitkan, ataupun
membahagiakan, semuanya terasa sangat sulit untuk dilupakan. Perbedaan yang ada
pada diriku tidak pernah membuatku merasa terpuruk karena tidak bisa melakukan
lebih banyak hal lain di dunia ini. Semasa SD, meskipun jarak Sekolahku hanya
beberapa meter dari kawasan Mall, aku tidak pernah sekalipun ikut dengan
teman-teman dan sahabatku ke sana. Bukannya karena aku takut, tapi aku tidak
ingin membuat Orangtuaku khawatir karena aku tidak bisa menjaga diriku seperti
anak-anak normal lainnya. Misalkan, aku tak bisa berlari cepat. Dan aku juga pastinya
tak akan tega jika Orangtuaku khawatir mencariku.
Saat ini, aku memang merasa berbeda. Banyak hal yang dulu
masih dapat dengan mudah aku lakukan, kini tak dapat kulakukan lagi. Harus
dengan bantuan orang lain. Tapi aku tetap percaya dan yakin, bahwa tidak ada
manusia yang sempurna di dunia ini. Semuanya sama di mata Allah SWT. Baik
mempunyai kekurangan maupun kelebihan, tergantung orang tersebut yang menjalani
kehidupannya. Baik itu dengan penuh rasa syukur, ataupun yang penuh dengan rasa
putus asa. Terserah kita mau pilih yang mana. Yang jelas, semua manusia ingin
segalanya yang terbaik dalam hidupnya. Maka dari itu, jangan pernah sia-siakan
waktu yang diberikan Allah, karena hidup hanya sementara … :)
***