I LOVE MY LIFE, MY MOM,
FAMILY, AND MY FRIENDS
Cerita
hari ini kuawali dari kamarku. Aku terbangun seperti biasanya dengan wajah yang
biasa-biasa saja. Tanpa semangat apapun, seolah tidak tahu apa yang ingin, dan
akan kulakukan di hari ini. Aku pun tak kuasa menggerakkan tubuhku karena sejak
beberapa tahun yang lalu, perlahan namun pasti, hampir semua persendianku kaku,
dan tak bisa untuk aku gerakkan sendiri.
Sekedar
Flashback, beberapa tahun yang lalu, aku divonis dokter menderita sebuah
penyakit yang bernama Pengapuran Otot. Semacam gangguan yang menyerang otak
sebelah kanan, dan berakibat pada sistem motorik gerak yang kurang sempurna.
Namaku
Winda "Silvia" Saad. Namun sejak kecil, keluargaku lebih akrab menyapaku dengan
nama Indah. Usiaku sudah menginjak 16 tahun. Aku sempat bersekolah di sekolah
formal di kotaku selama kurang lebih delapan tahun. Dua tahun di Taman
Kanak-Kanak, plus
enam tahun di Sekolah Dasar disalah satu SD favorit yang ada di kota Makassar.
Kota tempatku tinggal sejak berusia 4 tahun ini. Yap! Sebenarnya, aku
dilahirkan di kota Dili (Timor Leste), dan sekitar tahun 1999 akhirnya pindah
bersama dengan keluargaku, dan menetap di kotaku sekarang ini.
Disaat
teman-teman seusiaku tengah sibuk-sibuknya dengan tugas-tugas sekolah mereka
yang menggunung. Aku hanya bisa melakukan hal apapun yang aku bisa hanya di
rumah saja. Mengapa? Pada usiaku baru menginjak 12 tahun, sebuah penyakit
misterius menyerang tubuhku. Awalnya hanya menyerang bagian pangkal paha
kiriku. Namun lama-kelamaan menyerang tangan kananku, yang selama ini selalu
aku gunakan untuk menulis dan belajar. Pada awalnya memang sangat sulit untuk menulis
dengan tangan yang kaku, namun karena aku terus berusaha tanpa lengah, walau
terkadang capek, dan harus menggunakan papan pengalas untuk menulis dimeja,
pada akhirnya aku berhasil lulus Ujian Nasional SD dengan nilai yang cukup
memuaskan.
Setelah
aku berhasil lulus UN dan Sekolah Dasar, kekakuan itu pun makin menjalar hampir
ke seluruh bagian persendianku. Aku harus memilih, antara SLB (Sekolah Luar
Biasa), Homeschooling, atau tidak sekolah sama sekali (Putus Sekolah).
Sebenarnya, diantara ketiga pilihan itu tak ada satupun yang menjadi pilihanku.
Namun karena keadaan dan kondisi fisikku, aku harus rela melepaskan impianku
untuk bersekolah di sekolah umum (formal). Saat itu, aku akhirnya memutuskan
untuk memilih Homeschooling saja. Tanpa teman, dan tanpa seorangpun sahabat.
Tidak seperti yang pernah sangat bahagia kurasakan pada saat Sekolah Dasar
dulu. Memiliki banyak teman, dan juga sahabat karib.
Empat
tahun tak terasa berlalu seperti angin. Disela-sela kegiatan di hari-hariku
yang bagiku “cukup membosankan”, aku tetap bersyukur karena memiliki seorang
Mama yang sangat baik hati dan penuh kasih sayang. Sejak Papa dan adikku
meninggal 12 tahun yang lalu, hanya Mama-lah yang selama ini selalu memberiku
kekuatan, dan semangat untuk terus maju, dan juga bertahan melawan penyakit
yang menyerang tubuhku ini. Bagiku, hanya dia yang mampu mengerti segalanya
tentang diriku. Apa yang aku rasakan, apa yang membuatku gelisah, apa yang
kuinginkan, apa yang kubutuhkan, bagaimana rasa sakitku, dan segala-galanya.
Selain
itu, Mama juga selalu berusaha membuatku tersenyum dan tertawa. Disaat ia
melihatku mulai merasa putus asa tanpa harapan sama sekali, ia pasti selalu
berusaha untuk menghiburku. Bagiku, Mama adalah satu-satunya orang yang paling
setia terhadapku di dunia ini. Ia bisa dijadikan teman, sahabat, Papa, bahkan
saudara yang paling bisa mengerti aku. Ya, memang tak ada yang bisa
menggantikan kasih sayang seorang Ibu. Apalagi senyumannya yang bagiku sangat
menyejukkan hati. Canda tawanya seakan membuatku mampu melupakan sejenak rasa
sakit yang aku rasakan ditubuhku ini. Sesakit apapun itu. I Love My Mom!
Selain
Mama, ada juga Kakek dan Nenekku, kedua Orangtua dari Mama, yang selama ini
juga selalu memberiku kebahagiaan. Di rumah merekalah, aku dan Mama tinggal
sejak Papa dan adik lelakiku meninggal 11 tahun yang lalu. Aku sangat
menyayangi mereka. Mereka juga sangat menyayangiku. Aku termasuk cucu pertama
dan yang paling tua di keluarga nenek. Bahkan cicit tertua dari Ibunya nenek.
Mereka, yang sejak kecil sudah terbiasa kusapa dengan sapaan Mama aji dan Papa
aji, selalu memberi segala yang kubutuhkan. Papa aji juga sudah kuanggap
sebagai Papaku sendiri. Disetiap aku menangis saat aku kecil dulu, dia juga
sering memelukku. Pokoknya, aku sayang dan cinta mereka. Selain itu, Ada juga
Om, Tante, dan adik-adik sepupuku yang lucu-lucu, senantiasa selalu menghibur,
dan membuatku tertawa. I Love My Family!
Alhamdulillah
… walaupun sakit, aku tetap bisa merasakan yang namanya berteman. Setelah lulus
dari Sekolah Dasar itu, aku memang tidak pernah merasakan lagi indahnya
persahabatan. Aku dan sahabat-sahabatku, masing-masing kami telah mempunyai
kehidupan sendiri. Bagaimana pun dekatnya persahabatan kami semasa SD, itu
semua hanya sesaat. Namun aku tetap merasa sangat bersyukur pernah mempunyai
sahabat seperti mereka, yang selama enam tahun itu telah menerimaku apa adanya.
Selain
teman di sekolah, sejak kecil aku juga memiliki teman yang rumahnya dekat
dengan rumah tempat tinggalku, atau biasa juga disebut dengan tetangga. Aku dan
mereka saling mengenal sejak kami masih kecil. Sebelum aku sakit beberapa tahun
yang lalu, hampir setiap hari aku sering bermain bersama mereka.
Namun
sejak aku sakit dan tak pernah keluar rumah lagi, aku jadi jarang bertemu
dengan mereka. Terkadang juga, teman-temanku itu datang menjengukku di rumah.
Namun karena kegiatan dan tugas-tugas sekolah mereka yang semakin padat,
membuat mereka sulit untuk menemuiku lagi. Aku juga selalu berusaha untuk
mengerti dengan kesibukan mereka di sekolah. I Love My Friends!
Seperti
itulah,
cerita singkat dari kisah hidup seorang Indah, yang kini bernama Aulia
(Winda "Aulia" Saad). Gadis selalu semangat dalam
menjalani kehidupannya di dunia ini.
Lihat kan? Seorang anak yang sejak kecil menderita penyakit saja bisa
bersyukur
dalam berbagai cobaan yang dihadapinya dalam hidup. Masa’ orang yang
sejak
kecil sehat wal’afiat harus mengeluh dengan suatu hal kecil yang
menghalangi
karirnya dalam hidup? Menurut aku, hidup itu hanya persinggahan
sementara. Coba
pikirkan apa yang akan terjadi pada diri kita ini setelah persinggahan
itu
selesai! :)
Salam Semangat,
Winda Aulia Saad
***